Bisnis.com, JAKARTA - Sempat bergerak mendekati level 7 persen, yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun diperkirakan bisa turun lagi sejauh-jauhnya hingga 6,2 persen pada akhir tahun.
Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN bertenor 10 tahun tercatat naik menjadi 6,89 persen pada 16 September 2020.
Sementara SUN tenor 5 tahun sebesar 5,51 persen dan SUN tenor 15 tahun sebesar 7,39 persen.
Walaupun sejak pekan lalu imbal hasil SUN 10 tahun kembali mendekati 7 persen, diperkirakan yield mampu turun mendekati 6 persen pada akhir tahun nanti ditopang oleh pemangkasan suku bunga dari Bank Indonesia dan kondisi perekonomian yang lebih stabil.
Head of Fixed Income BNI Sekuritas Ariawan memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun dapat menyentuh level 6,2 persen untuk skenario optimistis ditopang oleh pemangkasan suku bunga oleh BI sebanyak satu kali lagi di kuartal IV/2020 dan rupiah dapat menguat ke arah Rp14.000.
Sementara untuk skenario moderat, yield diperkirakan hanya mampu turun hingga 6,7 persen dengan asumsi BI mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 4 persen.
Baca Juga
Adapun, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun, harga obligasi akan naik dan begitu pula sebaliknya.
Ariawan melanjutkan bahwa dengan tren penurunan yield tersebut akan membuat obligasi bertenor panjang lebih menarik bagi investor.
“Karena volatilitas dari global masih tinggi, saya pikir lebih menarik di tenor menengah 5 - 10 tahun karena tenor-tenor ini bisa mengakomodir potensi capital gain yang lebih tinggi,” kata Ariawan kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Selain itu, instrumen surat utang yang memiliki tenor panjang juga akan lebih tahan terhadap volatilitas harga.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto juga memperkirakan yield SUN 10 tahun bisa turun kembali hingga 6,5 persen - 6,7 persen pada akhir tahun nanti.
“Kuncinya kalau ternyata PSBB ini memang berhasil mengatasi statistik Covid-19 yang terus meningkat dan syukur-syukur ada berita positif dari vaksin, harusnya jangka menengah akan lebih positif,” ujar Handy.
Adapun, minat investor terhadap surat utang pemerintah bertenor menengah - panjang sudah terlihat pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa (15/9/2020).
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu RI mencatat penawaran masuk terbesar ada di seri PBS025 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2033 senilai Rp7,31 triliun dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,12 persen.
Selanjutnya, PBS028 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2046 mendapatkan total penawaran masuk tertinggi kedua senilai Rp5,92 triliun dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,53 persen dan tingkat imbalan 7,75 persen.