Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penawaran Masuk Lelang SUN Turun Lagi, Investor Pesimistis?

Total penawaran yang masuk dalam lelang SUN pada 8 September 2020 tercatat sebesar Rp52,26 triliun. Dari penawaran tersebut, total nominal yang dimenangkan pemerintah tercatat sebesar Rp22 triliun.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Total penawaran yang masuk dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) pada 8 September 2020 terus berkurang sejak penawaran menembus Rp100 triliun lagi pada 11 Agustus 2020.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk tercatat sebesar Rp52,26 triliun atau lebih rendah dibandingkan lelang pada 25 Agustus 2020 yang mencapai Rp78,34 triliun.

Dari penawaran tersebut, total nominal yang dimenangkan pemerintah tercatat sebesar Rp22 triliun atau lebih tinggi dari target indikatif yang ditetapkan Rp20 triliun.

Secara keseluruhan, hari ini pemerintah melelang Surat Perbendaharaan Negara (SPN) seri PN03201209 dan SPN12210909 untuk new issuance dan SUN seri FR0086, FR0087, FR0080, FR0083, dan FR0076 untuk reopening.

Jumlah penawaran masuk paling banyak di SUN seri acuan baru bertenor pendek. SUN seri FR0086 yang jatuh tempo pada 15 April 2026 mendapatkan penawaran masuk senilai Rp12,68 triliun. Jumlah nominal yang dimenangkan tercatat sebesar Rp7,60 triliun.

Di posisi kedua, SUN seri FR0087 yang jatuh tempo pada 15 Februari 2031 mendapatkan penawaran masuk Rp12,20 triliun dengan jumlah nominal yang dimenangkan Rp7,35 triliun.

Di sisi lain, SPN03201209 mencatatkan penawaran masuk terendah senilai Rp2,6 triliun, diikuti penawaran masuk FR0083 senilai Rp4,35 triliun.

Selanjutnya, FR0080 mencatatkan penawaran masuk senilai Rp7,87 triliun, FR0076 senilai Rp4,96 triliun, dan SPN12210909 Rp7,58 triliun.  

Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sebelumnya memperkirakan total penawaran yang masuk dalam lelang hari ini bisa di atas Rp75 triliun.

“Lebih rendah dari Rp75 triliun menunjukkan bahwa pasar pesimis terkait dengan pasar obligasi dalam negeri, hal tersebut diperlihatkan oleh yield curve yang mulai flat,” tulis Nico dalam riset harian, Selasa (8/9/2020).

Minat investor yang lebih banyak masuk ke obligasi bertenor pendek saat ini disebut sebagai strategi untuk mengurangi tingkat volatilitas. Kebetulan, seri obligasi jangka pendek merupakan seri terbaru dengan nominal outstanding masih kecil. 

Dengan demikian, Nico melihat pemerintah masih akan terus menerbitkan obligasi baru di seri-seri pamungkas berdurasi jangka pendek. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper