Bisnis.com, JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memperkirakan Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuan lewat Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Kamis (16/9/2020).
CIO Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula menilai masih ada ruang untuk pemangkasan suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate sebanyak satu hingga dua kali lagi, tetapi baru akan terjadi pada kuartal IV/2020.
“Mungkin di RDG kali ini BI tidak akan menurunkan suku bunga dulu. Tapi nanti di kuartal empat, masih ada potensi untuk menurunkan suku bunga 1-2 kali lagi kalau rupiah sudah lebih stabil,” kata Ezra kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Sementara ini, BI dinilai akan lebih fokus untuk menyeimbangkan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan stabilitas kurs rupiah.
Adapun, volatilitas rupiah belakangan ini akan menjadi perhatian pejabat bank sentral. Pasalnya, pergerakan rupiah kembali mendekati Rp15.000 per dolar AS sejak awal bulan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat tipis 0,01 persen ke level Rp14.843 pada akhir perdagangan Kamis (16/9/2020). Sejak awal tahun, rupiah terdepresiasi sekitar 7 persen yang menjadikannya sebagai mata uang berperforma terburuk di Asia.
Baca Juga
Selain stabilitas nilai tukar, ketidakpastian global yang diharapkan berkurang pada kuartal IV/2020 baik dari sisi perkembangan vaksin Covid-19 maupun Pemilu AS disebut Ezra bisa menjadi alasan bagi BI untuk memangkas tingkat suku bunga.
Apabila pemangkasan suku bunga terjadi, pasar obligasi pun akan menjadi yang paling diuntungkan khususnya di obliagasi bertenor menengah - panjang.
Untuk obligasi tenor pendek, Ezra melihat investor secara umum sudah lebih mengantisipasi prospek pemangkasan suku bunga tersebut.
Adapun, yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 1 tahun saat ini sudah berada di bawah 4 persen dan yield SUN tenor 5 tahun berada di level 5,5 persen.
“Kalau ada penurunan suku bunga, obligasi yang tenor pendek akan tetap diuntungkan tapi sudah lebih priced in. Saya melihat sekarang yang menarik di kurva imbal hasil itu ada di tenor 10 sampai 15 tahun,” ujar Ezra.
Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun saat ini berada di level 6,99 persen. Selisih yang lebar dibandingkan yield SUN tenor 5 tahun diperkirakan Ezra akan menipis dalam waktu dekat.
Dia pun memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun dapat menyentuh level 6,5 persen dan akan terus menuju ke 6 persen apabila investor asing kembali masuk ke pasar obligasi Tanah Air.
Sebagai informasi, yield SUN dengan harga obligasi berbanding terbalik. Ketika yield turun artinya harga obligasi meningkat dan berlaku sebaliknya.