Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manulife AM Prediksi BI Tahan Suku Bunga, Ini Dampaknya ke Pasar SUN

BI dinilai akan lebih fokus untuk menyeimbangkan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan stabilitas kurs rupiah.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memperkirakan Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuan lewat Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Kamis (16/9/2020).

CIO Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula menilai masih ada ruang untuk pemangkasan suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate sebanyak satu hingga dua kali lagi, tetapi baru akan terjadi pada kuartal IV/2020.

“Mungkin di RDG kali ini BI tidak akan menurunkan suku bunga dulu. Tapi nanti di kuartal empat, masih ada potensi untuk menurunkan suku bunga 1-2 kali lagi kalau rupiah sudah lebih stabil,” kata Ezra kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).

Sementara ini, BI dinilai akan lebih fokus untuk menyeimbangkan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan stabilitas kurs rupiah.

Adapun, volatilitas rupiah belakangan ini akan menjadi perhatian pejabat bank sentral. Pasalnya, pergerakan rupiah kembali mendekati Rp15.000 per dolar AS sejak awal bulan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat tipis 0,01 persen ke level Rp14.843 pada akhir perdagangan Kamis (16/9/2020). Sejak awal tahun, rupiah terdepresiasi sekitar 7 persen yang menjadikannya sebagai mata uang berperforma terburuk di Asia.

Selain stabilitas nilai tukar, ketidakpastian global yang diharapkan berkurang pada kuartal IV/2020 baik dari sisi perkembangan vaksin Covid-19 maupun Pemilu AS disebut Ezra bisa menjadi alasan bagi BI untuk memangkas tingkat suku bunga.

Apabila pemangkasan suku bunga terjadi, pasar obligasi pun akan menjadi yang paling diuntungkan khususnya di obliagasi bertenor menengah - panjang.

Untuk obligasi tenor pendek, Ezra melihat investor secara umum sudah lebih mengantisipasi prospek pemangkasan suku bunga tersebut.

Adapun, yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 1 tahun saat ini sudah berada di bawah 4 persen dan yield SUN tenor 5 tahun berada di level 5,5 persen.

“Kalau ada penurunan suku bunga, obligasi yang tenor pendek akan tetap diuntungkan tapi sudah lebih priced in. Saya melihat sekarang yang menarik di kurva imbal hasil itu ada di tenor 10 sampai 15 tahun,” ujar Ezra.

Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun saat ini berada di level 6,99 persen. Selisih yang lebar dibandingkan yield SUN tenor 5 tahun diperkirakan Ezra akan menipis dalam waktu dekat.

Dia pun memperkirakan yield SUN tenor 10 tahun dapat menyentuh level 6,5 persen dan akan terus menuju ke 6 persen apabila investor asing kembali masuk ke pasar obligasi Tanah Air.

Sebagai informasi, yield SUN dengan harga obligasi berbanding terbalik. Ketika yield turun artinya harga obligasi meningkat dan berlaku sebaliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper