Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa AS Makin Tenggelam Pascalibur Hari Buruh

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau melemah 1,98 persen ke level 27.576,33 pada awal perdagangan, sementara indeks S&P 500 merosot 2,02 persen.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual saham di bursa Amerika Serikat berlanjut pada perdagangan hari pertama pascalibur hari buruh, Selasa (8/9/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau melemah 1,98 persen ke level 27.576,33 pada awal perdagangan, sementara indeks S&P 500 merosot 2,02 persen.

Sementara itu, indeks Nasdaq Composite yang didominasi oleh emiten dari sektor teknologi merosot hingga 2,97 persen ke level 10.977,66, menyusul pelemahan saham-saham dari sektor tersebut karena investor melepas kepemilikan saham.

Saham Tesla Inc. anjlok 15 persen setelah setelah dimasukkan dalam indeks S&P 500 dan sekarang turun lebih dari 25 persen pada bulan September. Seluruh 11 sektor pada indeks S&P 500 melemah.

Kekhawatiran investor baru-baru ini meningkat karena demam spekulatif pembelian saham dan telah membuat harga saham melonjak terlalu jauh melampaui valuasinya.

Saat ini, sjumlah analis tengah memperdebatkan apakah pelemahan ini hanya merupakan tanda pasar yang sehat atau awal dari penurunan yang lebih besar yang masih akan terus terjadi.

“Beberapa riak telah keluar dari pasar dan in imerupakan hal yang baik, namun perlu diingat bahwa kita masih berada di atas level yang dapat dianggap sebagai 'nilai wajar' saham,” ungkap pendiri buletin “The Sevens Report” Tom Essaye, seperti dikutip Bloomberg.

"Meskipun prospek saham secara umum tetap konstruktif dalam jangka panjang, ada lebih banyak sisi negatif di pasar jika ada kekecewaan besar yang terjadi," lanjutnya.

Untuk saat ini, pelaku pasar mencari perlindungan pada aset safe haven, sehinga mendorong imbal hasil obligasi Treasury lebih rendah dan memperkuat dolar. Sementara itu, minyak mentah mendekati level US$40 per barel di London dan emas melemah.

Investor juga kembali pada fokus terhadap hubungan AS dan China setelah Presiden Donald Trump mengatakan dia berencana mengakhiri ketergantungan Amerika pada negara tersebut.

Trump juga mengancam akan menghukum perusahaan AS yang menciptakan lapangan kerja di luar negeri, dan melarang mereka yang berbisnis di China untuk memenangkan kontrak federal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper