Bisnis.com, JAKARTA - Tren pelemahan dolar Amerika Serikat tampaknya masih akan berlanjut dalam beberapa perdagangan ke depan seiring dengan kebijakan dovish dari The Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS menuju penurunan kinerja bulanan keempat berturut-turut jika pada akhir perdagangan hari ini, Senin (31/8/2020), greenback masih terkoreksi.
Adapun, jika greenback parkir di zona merah, dolar AS mengalami rekor penurunan kinerja bulanan terpanjang sejak musim panas 2017.
Hingga pukul 14.48 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah tipis 0,01 persen ke level 92,398. Sepanjang Agustus, indeks dolar AS telah bergerak melemah 1,11 persen.
Sementara itu, sepanjang tahun berjalan 2020 indeks dolar AS telah bergerak melemah 4,26 persen.
Padahal, pada medio Maret 2020 dolar AS sempat diburu oleh investor hingga menyentuh level rekor tertinggi 102,992 karena dianggap aset safe haven ketika seluruh aset investasi lainnya anjlok didukung sentimen pandemi Covid-19.
Baca Juga
Tim Analis Monex Investindo Futures dalam laporannya mengatakan bahwa penurunan terjadi karena investor terus membuang dolar AS setelah pidato Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole dan sikap baru dari bank sentral AS itu.
The Fed akan berupaya untuk mencapai rata-rata inflasi AS sebesar 2 persen, sehingga menguatkan sinyal bahwa Bank Sentral AS itu akan membiarkan suku bunga di tingkat rendah untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pelemahan itu pun akan dijadikan momentum bagi mata uang dan aset investasi lainnya untuk memperbaiki kinerjanya.
“GBP/USD berpeluang melanjutkan kenaikan menguji level resisten di 1,3390 hingga 1,3420 dolar AS per pound sterling, dan EUR/USD berpotensi melanjutkan kenaikan menguji level 1,1940 hingga 1,1980 dolar AS per euro,” tulis Monex Investindo Futures seperti dikutip dari risetnya, Senin (31/8/2020).
Sementara itu, yen berpotensi melanjutkan penguatan terhadap dolar AS menguji level 105 - 104,80 yen per dolar AS.
Di sisi lain, minyak dan emas pun turut memanfaatkan momentum. Harga emas berpeluang melanjutkan kenaikan menguji level resisten US$1.980 - US$1.985 per troy ounce, sedangkan minyak menguji level resisten US$43,40 hingga US$44 per barel.