Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap IPO Hari Ini, Berikut Target Pinago Utama (PNGO)

Pinago Utama mengelola perkebunan seluas 17.656 hektare, yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit seluas 13.969 hektare dan karet seluas 3.960 hektare di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan perkebunan PT Pinago Utama Tbk. (PNGO) akan menawarkan saham perdana dan melantai di Bursa Efek Indonesia pada Senin (31/8/2020).

Berdasarkan data KSEI, calon emiten itu menawarkan 156,25 juta saham baru dengan nilai nominal Rp80 per saham. Perseroan akan menawarkan perdana saham mereka pada level Rp250.

Dengan demikian perseroan akan mengantongi dana segar Rp39,06 miliar. Penawaran dilaksanakan pada 18, 19, dan 24 Agustus. Sementara itu masa penjatahan jatuh pada 26 Agustus dan tanggal pencatatan berlangsung pada 31 Agustus.

Perseroan menunjuk PT Panin Sekuritas Tbk. sebagai penjamin pelaksana efek. Sebagai informasi, perusahaan yang didirikan pada 1979 kini mengelola perkebunan seluas 17.656 hektare, yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit seluas 13.969 hektare dan karet seluas 3.960 hektare di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Direktur Pinago Utama Meli Tantri menyampaikan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet serta industri penunjangnya tersebut membidik pertumbuhan sebesar 43 persen hingga 2024.

Untuk tahun ini, perseroan menargetkan total penjualan mencapai Rp1,9 triliun dan terus meningkat hingga Rp2,5 triliun pada 2024. Dari sisi laba ditargetkan sebesar Rp53 miliar.

Adapun penetapan target ini telah menghitung dampak pandemi Covid-19 terhadap kelangsungan usaha perseroan.

“Pertimbangannya karena sawit kami lebih dari 50 persen dari total areal sawit berada dalam usia produktif prima, sehingga kami targetkan dalam lima tahun ke depan growth sebesar 43 persen dari 2019,” ujar Meli dalam konferensi pers virtual, Rabu (29/7/2020).

Pinago Utama yang didirikan pada 1979 kini mengelola perkebunan seluas 17.656 hektar yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit seluas 13.969 hektar dan perkebunan karet seluas 3.960 hektar di Kabupaten Musi Banyuasin.

Untuk kelapa sawit, sekitar 81 persen dari areal kebun merupakan area tanaman menghasilkan. Perseroan memproduksi Tandan Buah Segar (TBS) sawit sebanyak 158.587 ton dari kebun inti dan kebun plasma atau meningkat 20 persen secara rata-rata tahunan (CAGR) selama tiga tahun terakhir.

Sementara itu, 77 persen dari areal kebun karet juga terisi tanaman yang menghasilkan dengan produksi lateks dan lump sebesar 3.658 ton atau turun 10 persen CAGR pada tahun lalu.

Adapun, penurunan produksi karet disebut lebih karena dampak penyakit gugur daun fussicoccum yang melanda hampir seluruh perkebunan karet di Indonesia pada 2019.

Selain di perkebunan, Pinago Utama juga mengelola industri pengolahan kelapa sawit dan karet. Pabrik CPO milik perseroan memiliki kapasitas olah 120 ton TBS per jam dengan produksi CPO dan kernel pada tahun lalu masing-masing sebesar 94.436 ton dan 21.656 ton.

Selanjutnya, pabrik Crumb Rubber (CRF) memiliki kapasitas 6.000 ton per bulan dan pabrik Ribbed Smoke Sheet (RSS) memiliki kapasitas 600 ton per bulan. Produksi dari pabrik CRF dan RSS tercatat masing-masing sebesar 45.017 ton dan 2.471 ton pada 2019.

Berdasarkan laporan keuangan per 2019, Pinago Utama membukukan penjualan senilai Rp1,78 triliun atau naik 5,32 persen dari tahun sebelumnya senilai Rp1,69 triliun.

Selanjutnya, laba neto tahun berjalan mengalami penurunan 43,24 persen karena perubahan metode pembukuan menjadi Rp21 miliar pada 2019 dari tahun sebelumnya Rp37 miliar.

Sementara itu, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tercatat naik 6,01 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp194 miliar pada 2019 dari sebelumnya Rp183 miliar. Adapun margin EBITDA pada 2019 dan 2018 tercatat sebesar 10,9 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper