Bisnis.com, JAKARTA – PT Timah Tbk. (TINS) berupaya mengurangi liabilitas dalam rangka mitigasi pandemi Covid-19 untuk menjaga arus kas selama tahun pandemi.
Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar mengatakan selain melakukan efisiensi biaya perjalanan dinas dan pengeluaran proyek yang tidak berdampak langsung terhadap operasi produksi, perseroan juga berusaha mengurangi utang berbunga.
“Upaya signifikan berupa penurunan utang bank berbunga kira kira sejak periode akhir 2019 sampai kuartal II/ 2020 mencapai Rp2,7 triliun,” ungkap Abdullah dalam paparan publik perseroan yang difasilitasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (28/8/2020).
Pada semester I/2020 tercatat kenaikan signifikan pada cash flow operasi menjadi Rp3,17 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yakni negatif Rp3,33 triliun.
Membaiknya cash flow operasi merupakan indikator sehatnya finansial emiten, sehingga TINS mampu membayar sebagian kewajiban jangka pendeknya. Posisi utang bank jangka pendek mampu turun 37 persen menjadi Rp5,56 triliun dari posisi akhir tahun 2019 sebesar Rp8,79 triliun.
Abdullah juga menegaskan perseroan akan siap melunasi utang obligasi berkelanjutan I Timah dan sukuk ijarah berkelanjutan I Timah masing-masing sebesar Rp480 miliar dan Rp120 miliar yang akan jatuh tempo pada 28 September mendatang.
Baca Juga
“Kita akan melunasi obligasi yang jatuh tempo bulan September senilai Rp600 miliar, dananya sudah siap,” sambungnya.
Dikutip dari pemberitaan sebelumnya, lembaga pemeringkat Pefindo memangkas peringkat TINS dari semula A+ menjadi A. Hasil penurunan peringkat yang sama juga berlaku untuk obligasi dan sukuk ijarah berkelanjutan I Timah.
Penurunan peringkat tersebut mencerminkan pandangan Pefindo terhadap kinerja keuangan emiten berkode saham TINS itu yang lebih lemah daripada ekspektasi. Hal itu disebabkan marjin EBITDA yang lebih rendah dan penarikan utang yang lebih besar di tengah kondisi permintaan timah yang lebih lambat akibat pandemi Covid-19.
Sampai dengan Juni 2020 tercatat pendapatan TINS sebesar Rp7,98 triliun, turun 18,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perseroan mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton, turun 47,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun produksi logam turun 26,2 persen menjadi 27.833 ton, serta penjualan logam turun 0,3 persen menjadi 31.508 ton.