Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam, PT Timah Tbk., menggenjot penetrasi pasar baru sebagai salah satu upaya ekspansi bisnis untuk memperbaiki kinerja keuangan perseroan.
Sekretaris Perusahan Timah Abdullah Umar mengatakan bahwa sebagai produsen timah terbesar di dunia, perseroan telah menjadi salah satu the most preferred brand di industri pertimahan dengan trademark yang sudah terdaftar di London Metal Exchange (LME). Menurut Umar, hal itu pun akan menjadi keunggulan kompetitif bagi perseroan untuk mewujudkan strategi penetrasi pasar baru.
“[Kami sasar] Ekspansi di pasar Amerika dan juga penguatan pasar di Asia dan Eropa,” ujar Umar kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).
Untuk diketahui, emiten berkode saham TINS itu mengantongi pendapatan sebesar Rp7,97 triliun sepanjang semester I/2020. Pencapaian itu lebih rendah 18,48 persen dibandingkan dengan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,78 triliun.
Sebesar 95 persen dari total pendapatan tersebut merupakan hasil penjualan ekspor, yaitu sebesar Rp7,63 triliun sedangkan sisanya merupakan penjualan domestik sebesar Rp340,96 miliar.
Adapun, lima negara tujuan ekspor terbesar timah di antaranya Singapura yang berkontribusi 17,9 persen, Korea 16,2 persen, China sebesar 14,8 persen, Amerika Serikat sebesar 11,2 persen, dan India sebesar 11,2 persen. Secara kumulatif,kontribusi ekspor timah ke 5 negara tersebut mencapai 71,3 persen dari total pendapatan TINS.
Baca Juga
Di sisi lain, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton sepanjang semester I/2020. Realisasi itu turun 47,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 47.423 ton.
Selain itu, produksi logam turun 26,2 persen menjadi 27.833 ton dibandingkan dengan semester I/2019 sebesar 37.717 ton. Adapun, penjualan logam turun 0,3 persen secara tahunan menjadi 31.508 ton pada semester I/2020 dibandingkan dengan 31.609 ton pada semester I/2019.