Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Asing Ungkapkan Penyebab Obligasi Diburu Walau Rupiah Melemah

Pada kuartal III/2020, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah outperform dibandingkan negara lain.
Warga memperlihatkan uang lembar pecahan Rp75.000 usai melakukan penukaran di Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Jawa Barat, Bandung, Jawa Barat, Selasa (18/8/2020). Bisnis/Rachman
Warga memperlihatkan uang lembar pecahan Rp75.000 usai melakukan penukaran di Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Jawa Barat, Bandung, Jawa Barat, Selasa (18/8/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Performa obligasi Indonesia dan mata uang rupiah kini tampak menuju arah berlawanan seiring dengan dana asing belum kembali ke Tanah Air.

Pada kuartal III/2020, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah outperform dibandingkan negara lain.

Biasanya, kinerja pasar obligasi dan rupiah bergerak seirama karena kepemilikan asing yang besar. Namun, hal itu berubah ketika pemerintah menerbitkan surat utang dalam jumlah masif untuk stimulus pandemi dan Bank Indonesia mengambil langkah memonetisasi utang.

Saat ini, porsi kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan telah menyusut hingga 29 persen atau terendah sejak 2012. Padahal, pada awal tahun ini, porsi kepemilikan asing di SBN mencapai 39 persen.

Foreign Exchange Strategist Malayan Banking (Maybank) Bhd. Yanxi Tan mengatakan data aliran modal asing menunjukkan investor global belum kembali ke Indonesia dan sebagian besar obligasi berdenominasi rupiah diserap oleh investor domestik.

“Ini tentu saja tidak memberikan tenaga ke rupiah,” kata Tan di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (24/8/2020).

Namun demikian, pada akhirnya kepemilikan asing yang sedikit sebenarnya bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah karena volatilitas bisa berkurang.

“Ketergantungan dengan hot money yang mulai berkurang bisa menurunkan volatilitas rupiah, para pembuat kebijakan akan lebih mudah memonitor dan mengelola sentimen,” ujar Tan.

Di pasar obligasi, sejak awal tahun ini investor asing mencatatkan jual bersih lebih dari US$7 miliar. Net sell itu merupakan yang terbesar di antara negara pasar berkembang (emerging market) setelah India.

Untuk mengimbanginya, Bank Indonesia pun mengambil langkah dengan komitmen membeli surat utang negara hinga US$20,3 miliar.

Asean FX and Rates Strategust Bloomberg Intelligence Philip McNicholas menambahkan, perbankan domestik juga ikut menyerap obligasi negara setelah bank sental memangkas suku bunga yang membuat suku bunga pinjaman turun.

Alhasil, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun hingga 50 bps pada kuartal ini, tetapi rupiah masih tertekan 3,6 persen di hadapan dolar AS.

Selanjutnya, perlawanan arah performa obligasi dan rupiah ini diperkirakan berlanjut. Apalagi, Presiden Joko Widodo menyampaikan pemerintah akan meningkatkan belanja negara ke level tertinggi pada tahun depan dan meminta bantuan bank sentral untuk mendanai defisit anggaran.

“Hal ini akan meningkatkan kehawatiran mengenai monetisasi utang BI, yang diharapkan untuk sementara, tapi sepertinya akan berlanjut ke tahun depan,” kata McNicholas.

Lebih lanjut, McNicholas memperkirakan rasio kepemilikan asing di obligasi Indonesia akan terus berkurang karena pemerintah berencana meningkatkan likuiditas di SUN benchmark tenor 5 tahun dan 10 tahun yang baru.

Sementara itu, pada perdagangan Senin (24/8/2020) pukul 13.57 WIB naik 13 poin atau 0,88 persen menjadi Rp14.760 per dolar AS. Sepanjang 2020, rupiah masih melemah 6,06 persen, terdalam di Asia.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper