Bisnis.com, JAKARTA — Kendati terapresiasi di akhir perdagangan pekan lalu, pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diramal masih terbatas. Meluasnya penularan Covid-19 dan kekhawatiran akan resesi menjadi salah satu penekannya.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terapresiasi 0,49 persen atau 72,5 poin ke level Rp14.772,5 terhadap dolar AS pada penutupan pasar Rabu (19/8/2020).
Posisi tersebut merupakan pertama kalinya rupiah kembali ke zona hijau setelah 8 hari perdagangan memerah.
Pada perdagangan hari sebelumnya yakni Selasa (18/8/2020), pergerakan nilai tukar rupiah berakhir pada posisi melemah 50 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.845, saat indeks dolar terpantau mengalami koreksi 0,28 persen ke posisi 92.587.
Head of Economic Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan pergerakan rupiah melemah akibat investor global kembali menghindari aset-aset berisiko, termasuk Indonesia yang merupakan pasar negara berkembang.
“Ada kekhawatiran akan besarnya risiko resesi global, dikarenakan ada 14 negara yang sudah terkonfirmasi resesi dan 13 lainnya segera menyusul,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Baca Juga
Fikri memproyeksikan pekan depan rupiah masih aka nada dalam tren depresiasi meski tak sedalam pekan lalu. Pasalnya, dia menilai secara fundamental rupiah masih cukup baik dan ditopang oleh perekonomian yang relatif masih terjaga.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyatakan adanya potensi Indonesia juga terseret resesi dan penyebaran pandemi yang terus meningkat membuat rupiah tak bisa memanfaatkan momentum pelemahan dolar AS.
“Faktor dalam negeri ini yang menekan pergerakan rupiah terhadap dolar AS,” kata dia.
Meskipun demikian, Ariston menyebut sentimen datang silih berganti dan tak tertutup kemungkianan rupiah bisa saja menguat kjika tekanan pelemahan ke dolar AS membesar.
“Pekan depan rupiah mungkin bergerak di kisaran 14.600—14.900,” ujarnya.