Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan rupiah hari ini, Rabu (19/8/2020) di tengah momentum pengumuman penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia bukan faktor fundamental.
Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menuturkan rupiah selalu melemah pada bulan Agustus selama 16 tahun berturut-turut karena kenaikan musiman permintaan dolar untuk repatriasi dan pembayaran utang luar negeri dan tahun ini tidak terkecuali.
Dari catatan Bahana Sekuritas, pergerakan nilai tukar telah melemah 1,67 persen ke level 14.845 pada Selasa (18/8/2020).
Pelemahan ini terjadi meskipun secara umum indeks dolar atau DXY melemah dan stabilitas terjadi di sebagian besar mata uang Asia.
Menurut Satria, likuiditas di pasar valas sebenarnya cukup karena sebagian besar tekanan telah didorong oleh faktor musiman, bukan fundamental.
"Pelemahan rupiah minggu lalu, misalnya, didorong oleh peningkatan satu kali dalam pembelian dolar AS di kalangan lokal korporasi dalam mengantisipasi volume likuiditas nilai tukar yang rendah selama libur panjang/hari perdagangan pendek minggu ini," papar Satria, Rabu (18/8/2020).
Baca Juga
Pada saat yang sama, Satria menilai bank mengurangi posisi short mereka dan membiarkan kontrak forward rupiah (DNDF) jatuh tempo tanpa memutarnya kembali sehingga permintaan dolar AS di pasar spot meningkat.
"Pengertian kami di sini adalah Bank Indonesia telah cukup nyaman dengan pergerakan mata uang, seperti yang ditunjukkan dengan melonjaknya cadangan devisa Juli [US$135,1 miliar per Juli, tertinggi dalam sejarah]," kata Satria.
Dia mengungkapkan nilai tukar rupiah harus menguat sekitar 2 persen hingga 3 persen dari level saat ini.
Dia memperkirakan rupiah akan menguat ke Rp14.200-Rp14.400 pada bulan September mengingat perbaikan signifikan pada transaksi berjalan Indonesia.