Bisnis.com, JAKARTA - Pemegang saham utama melakukan penjualan saham emiten produsen emas PT Wilton Makmur Indonesia Tbk. (SQMI).
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham utama Wilton Makmur (SQMI) menjual sebagian saham kepemilikannya. Pada 24 Juli 2020, Wilton Resources Holdings Pte. Ltd. yang bermarkas di Singapura melakukan penjualan saham di harga Rp176.
Transaksi tersebut meliputi 3,14 juta saham. Dengan demikian, total transaksi mencapai Rp552,83 juta. Tujuan transaksi ialah memenuhi perjanjian pengalihan saham.
"Persentase kepemilikan Wilton Resources di SQMI menjadi 14,42 juta saham atau 92,84 persen," papar manajemen.
Pada penutupan perdagangan Kamis (30/7/2020) saham SQMI koreksi 4,85 persen atau 10 poin menjadi Rp196, setelah bergerak di rentang Rp193 - Rp210. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp3,05 triliun.
Dalam sepekan terakhir, harga menguat 1,55 persen dan sebulan terakhir naik 6,52 persen. Saham SQMI terdorong oleh sentimen kenaikan harga emas, serupa seperti emiten produsen batu kuning lainnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Utama Wilton Makmur Indonesia Oktavia Budi Raharjo menjelaskan bahwa proyek fasilitas pabrik pengolah emas yang berlokasi di Ciemas, Jawa Barat masih dalam tahap pengerjaan, hingga saat ini progres dari pembangunan itu telah mencapai 95%.
Dia menjelaskan bahwa untuk membangun fasilitas pabrik pengolahan yang berdiri di atas lahan seluas 200 ha itu, perseroan telah mengucurkan investasi senilai US$300 juta yang diserap dari kas internal perseroan.
“Kira-kira untuk capex kami US$20 juta untuk dana operasional kerja, dan menjaga struktur keuangan perseroan,” katanya di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Pabrik pengolahan yang nantinya ditargetkan dapat memproduksi sekitar 500 ton bakal bijih emas per harinya itu dijadwalkan dapat beroperasi secara penuh pada akhir semester II/2020. Sementara, perseroan bakal melakukan uji coba produksi pada semester I/2020.
Hingga saat ini, Oktavia mengungkapkan bahwa telah banyak pihak yang sudah siap untuk membeli olahan emas yang dihasilkan perseroan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kendati demikian, perseroan belum dapat mengungkapkan detilnya.
“Nanti kalau sudah beroperasi penuh, dengan kapasitas produksi yang dimiliki, potensi pendapatan kami sekitar US$4 juta—US$5 juta per bulan, itu dimulai pada Juli,” jelasnya.
Sementara itu, perseroan baru akan mencatatkan pendapatan dari hasil produksi pada akhir tahun nanti setelah pabrik pengolahan emas milik perseroan beroperasi secara penuh. Untuk sementara, katanya, perseroan melakukan penjualan emas secara berkala untuk pencatatan pendapatan.