Bisnis.com, JAKARTA — PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mencetakkinerja apik pada pada semester I/2020.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2020, Tower Bersama Infrastructure membukukan laba bersih Rp510,48 miliar per Juni 2020, tumbuh 33,58 persen year on year (yoy) dibandingkan Rp382,14 miliar per Juni 2019.
Pendapatan entitas Grup Saratoga itu mencapai Rp2,58 triliun, meningkat 13,17 persen yoy dibandingkan sebelumnya Rp2,28 triliun.
Hardi Wijaya Liong, CEO Tower Bersama Infrastructure mengatakan pendapatan dan EBITDA perseroan masing-masing sebesar Rp2,57 triliun dan Rp2,22 triliun pada semester I/2020.
Menurutnya kinerja TBIG periode ini ditopang oleh 31.039 penyewaan dan 15.893 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik TBIG terdiri dari 15.772 menara telekomunikasi dan 121 jaringan DAS.
Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 30.918, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) TBIG menjadi 1,96, naik dari 1,85 di akhir tahun 2019.
Baca Juga
“Kami secara organik menambahkan penyewaan kotor sebanyak 2.517 yang terdiri dari 370 sites telekomunikasi dan 2.147 kolokasi untuk paruh pertama 2020. Seiring dengan pelanggan telekomunikasi kami yang berfokus pada densifikasi dan perluasan jaringan 4G mereka, kami mendapat permintaan kolokasi yang kuat, dimana meningkatkan rasio kolokasi menjadi 1,96,” katanya dalam siaran resmi Jumat (30/7/2020).
Hardi menambahkan selama pandemi Covid-19 perseroan terus membantu pelanggan telekomunikasi dalam perluasan jaringan serta persyaratan layanan berkelanjutan mereka.
"Kami beroperasi sambil mengambil langkah-langkah tambahan untuk memastikan kami menjaga kesehatan karyawan kami selama masa-masa yang tidak pasti ini," ungkapnya.
Selain itu, TBIG memiliki pinjaman bersih Rp21,80 triliun dan total pinjaman senior bersih Rp9,59 triliun. Saat ini perseroan memiliki saldo kas yang mencapai Rp762 miliar. Hardi mengatakan rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,1 kali dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,8 kali.
“Bisnis kami memiliki memberikan arus kas yang kuat, didorong oleh kontrak pendapatan yang terlihat dan berulang dari para pelanggan telekomunikasi kami. Bahkan dengan pertumbuhan top-line yang kuat dan dividen sebesar Rp606 miliar yang dibayarkan pada bulan Juni, kami telah mempertahankan leverage kami di 4,8 kali," katanya.
Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG menambahkan hal itu jauh di bawah covenant obligasi TBIG untuk tidak lebih dari 6,25 kali dari total pinjaman terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan.
“Tingkat suku bunga efektif kami terus menurun dengan obligasi baru dalam mata uang USD dan rupiah yang kami terbitkan dengan suku bunga kompetitif pada awal tahun ini. Kami memiliki likuiditas yang cukup dalam bentuk Fasilitas Pinjaman Revolving," katanya.
TBIG, lanjutnya, dapat tumbuh secara organik dan anorganik sambil melunasi kewajiban yang timbul atas pinjaman.
"Kami terus mematuhi strategi konservatif untuk melindungi semua hutang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang,” pungkas Helmy.