Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten konsumer PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. menguat seiring dengan catatan kinerja yang cemerlang sepanjang paruh pertama tahun ini.
Pada penutupan perdagangan Selasa (21/7/2020), saham SIDO naik 2,48 persen atau 30 poin menjadi Rp1.240, setelah bergerak di rentang Rp1.240 - Rp1.275. Nilai transaksi mencapai Rp24,45 miliar.
Kapitalisasi pasar SIDO sebesar Rp18,6 triliun, dengan price to earning ratio (PER) 22,55 kali.
Dikutip dari publikasi laporan keuangan per 30 Juni 2020, emiten berkode saham SIDO tersebut membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp413,79 miliar. Realisasi tersebut bertumbuh 10,6 persen dari capaian periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan laba tersebut sejatinya dikontribusikan oleh kenaikan penjualan sebesar 3,52 persen secara tahunan menjadi Rp1,46 triliun hingga semester pertama tahun 2020.
Kendati beban pokok penjualan dan pemasaran serta beban umum dan administrasi perseroan meningkat masing-masing 4,06 persen year-on-year dan 0,72 persen year-on-year, namun perseroan berhasil menekan beban umum dan administrasi hingga 13,63 persen year-on-year.
Baca Juga
Berdasarkan segmentasi penjualan, pendapatan dari produk jamu dan suplemen masih menjadi penopang bisnis perseroan dengan besaran 63,25 persen, diikuti makanan dan minuman sebesar 32,14 persen dari total omzet pada periode tersebut.
Menariknya, lini penjualan jamu dan suplemen mencatatkan pertumbuhan negatif -2,11 persen sedangkan lini penjualan makanan dan minuman membukukan pertumbuhan 16,29 persen dibandingkan capaian periode semester satu tahun lalu.
Di sisi lain, produsen Tolak Angin itu berhasil mencatatkan liabilitas Rp366,52 miliar, menurun hingga 21,15 persen dibandingkan dengan periode akhir tahun. Hal ini diikuti dengan kenaikan tipis ekuitas 0,42 persen dibandingkan akhir tahun 2019 lalu menjadi Rp3,08 triliun.
Dengan demikian, total aset perseroan ikut tergerus 2,42 persen dibandingkan perolehan akhir tahun 2019 menjadi Rp3,44 triliun. Adapun, kas dan setara kas akhir periode perseroan bertumbuh sebesar 3,21 persen secara tahunan menjadi Rp782,89 miliar.
Direktur Keuangan Sido Muncul Leonard mengakui kenaikan pendapatan pada paruh pertama tahun ini terkerek oleh pertumbuhan penjualan dari lini minuman kesehatan.
“Naiknya permintaan akan produk-produk minuman kesehatan seperti: produk minuman VIT C 1000, serta minuman herbal, menjadi pendorong utama kinerja penjualan di semester pertama tahun ini,” ungkap Leonard dalam keterangannya kepada Bisnis, Selasa (21/7/2020).
Sebagai gambaran, lini penjualan jamu dan suplemen mencatatkan pertumbuhan negatif -2,11 persen secara tahunan sedangkan lini penjualan makanan dan minuman membukukan pertumbuhan 16,29 persen secara tahunan pada semester pertama tahun ini.
Menurut Leonard, penjualan domestik pada segmen herbal masih mengalami kenaikan. Namun secara konsolidasi, penjualan segmen herbal dan suplemen mengalami sedikit pelemahan yang terutama disebabkan oleh penurunan penjualan ekspor di Filipina.
“Adapun, total kontribusi penjualan ekspor hingga semester pertama ini adalah sekitar 2 persen atas total penjualan,” sambungnya.
Laba operasi, lanjut Leonard, mengalami kenaikan sebesar 7 persen secara tahunan yang didorong oleh penurunan biaya operasional sebesar -4,5 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan segmen makanan dan minuman dan juga strategi efisiensi biaya operasional selama masa pandemi, produsen Tolak Angin itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 10,6 persen.
Leonard merincikan bahwa pada kuartal II tahun 2020, emiten berkode saham SIDO tersebut meluncurkan produk atau varian baru seperti Esemag, Tolak Linu Cool, Kapsul JSH, dan sebagainya.
Hingga pertengahan tahun ini, SIDO juga telah meluncurkan 14 produk dan varian yang baru untuk mendukung gaya hidup masyarakat yang lebih sehat terutama memasuki situasi kenormalan baru.