Bisnis, JAKARTA — Selera investor maupun korporasi untuk meramaikan pasar surat utang tampak kembali pada semester II/2020. Hal itu tercermin dari jumlah pipeline emisi surat utang di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mandat yang diterima PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).
Berdasarkan data terbaru Bursa Efek Indonesia, sudah ada 30 perusahaan yang siap mencatatkan 36 instrumen obligasi dan sukuk di pasar modal. Adapun satu perusahaan dalam daftar tunggu saat ini ada yang menerbitkan lebih dari satu obligasi.
Data tersebut merupakan data sementara dan akan terus berkembang seiring dengan masuknya emiten baru.
Sementara itu, Pefindo pada akhir semester I/2020 telah menerima mandat dari 59 penerbit obligasi dengan rencana emisi senilai total Rp74,16 triliun.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengakui tren penerbitan obligasi korporasi pada periode enam bulan pertama tahun ini mengalami penurunan. Namun demikian, pada awal semester II/2020 ini minat perusahaan tampak sudah kembali untuk mencari pendanaan lewat pasar surat utang.
“Di pipeline yaitu posisinya perusahaan sudah submit dokumen memperlihatkan tren kenaikan yang signifikan,” kata Nyoman, Kamis (16/7/2020).
Baca Juga
BEI mencatat emisi obligasi pada semester I/2020 senilai Rp27,7 triliun atau turun 45,47% dari emisi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp50,8 triliun.
Penurunan nilai emisi itu seiring dengan turunnya penerbitan instrumen obligasi dan jumlah perusahaan penerbit. Adapun korporasi tampaknya menunda penerbitan karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan terutama pada kuartal II/2020.
Namun demikian, hingga 15 Juli 2020, nilai emisi obligasi di BEI naik menjadi Rp33,6 triliun yang berasal dari total 40 emisi obligasi yang dilakukan 28 penerbit sejak awal tahun.
Niken Indriarsih, Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo, mengatakan nilai emisi obligasi dari skenario optimistis Pefindo pada tahun ini bisa mencapai Rp100 triliun. Sementara dari skenario pesimistis hanya Rp66 triliun.
Menurutnya, tren suku bunga rendah dan keperluan perusahaan untuk mendanai surat utang jatuh tempo akan menjadi pendorong korporasi menerbitkan surat utang.
“Ada beberapa surat utang yang jatuh tempo dan beberapa perusahaan mungkin refinancing, sehingga mereka tetap menerbitkan surat utang di semester II ini,” jelas Niken.