Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menargetkan pasar ekspor nikel potensial ke Uni Eropa.
SVP Corporate Secretary PT Aneka Tambang Tbk. Kunto Hendrapawoko mengatakan bahwa kenaikan harga logam dasar saat ini akan menjadi bekal baik bagi perseroan untuk memenuhi target yang telah dicanangkan pada awal tahun.
“Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global dan bertumbuhnya tingkat permintaan nikel, perseroan optimistis dapat meningkatkan marjin keuntungan dari bisnis nikel pada 2020,” ujar Kunto kepada Bisnis, dikutip Senin (13/7/2020).
Hal itu pun akan didukung oleh biaya tunai produksi perseroan yang berhasil menjadi salah satu yang terendah di antara produsen feronikel global lainnya. Emiten berkode saham ANTM itu berhasil memiliki biaya tunai produksi sebesar US$3,35 per pon sepanjang operasi kumulatif lima bulan pertama 2020.
Capaian itu turun 15 persen dibandingkan dengan rata-rata biaya tunai produksi periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,95 per pon. Bahkan, berdasarkan studi konsultan Wood Mackenzie, capaian biaya tunai produksi ANTM berada di bawah rata-rata produsen feronikel global di kisaran US$4,85 per pon.
Perseroan juga akan fokus mempertahankan pasar ekspor nikel, terutama wilayah Asia Timur seperti China dan Korea Selatan, seiring dengan pasar India yang masih menerapkan lockdown. Untuk pasar baru, ANTM tengah menjajaki beberapa pasar potensial, dengan bidikan utama adalah pasar Uni Eropa.
Baca Juga
Selain itu, pada pada paruh kedua tahun ini ANTM juga akan lebih fokus pada pasar domestik, terutama untuk komoditas emas seiring dengan meningkatnya permintaan dari segmentasi pasar tersebut.
Adapun, target produksi Antam tahun ini untuk komoditas emas di kisaran 2 ton per tahun yang berasal dari tambang Pongkor dan Cibaliung, sedangkan untuk produksi feronikel di kisaran 27.000 TNi.
Sementara itu, Aneka Tambang membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp281,83 miliar pada kuartal I/2020.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, realisasi itu berbanding terbalik dengan perolehan perseroan pada periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp176,10 miliar.
Selain itu, emiten berkode saham ANTM itu juga membukukan penurunan penjualan pada kuartal I/2020 menjadi sebesar Rp5,2 triliun, lebih rendah 16,35 persen dibandingkan dengan kuartal I/2019 sebesar Rp6,21 triliun.
Kontributor terbesar pendapatan pada tiga bulan pertama tahun ini berasal dari penjualan komoditas emas yaitu sebesar Rp3,97 triliun atau sekitar 76 persen dari total penjualan secara keseluruhan.
Kemudian diikuti oleh komoditas feronikel yang berkontribusi sebesar Rp965,95 miliar atau sekitar 19 persen dari total penjualan keseluruhan perseroan.
Kunto Hendrapawoko mengatakan bahwa pembtasan aktivitas perdagangan ekspor internasional yang diperngaruhi oleh pandemi Covid-19 turut mempengaruhi penurunan penjualan ekspor komoditas feronikel pada kuartal I/2020.
Selain itu, di tengah volatilitas tren penurunan harga komoditas nikel global dan fluktuasi penguatan nilai tukar dolar AS yang signifikan terhadap rupiah sepanjang tiga bulan pertama tahun ini membuat pos rugi selisih kurs perseroan membengkak menjadi Rp362 miliar.
“Hal itu juga turut mempengaruhi capaian profitabilitas Antam pada kuartal I/2020 yang membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp281 miliar,” ujar Kunto seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (29/6/2020).