Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC siap mengendurkan kesepakatan pemangkasan produksi minyak bila permintaan kembali pulih. OPEC yang disebut sebagai bank sentral komoditas minyak dinilai perlu membuka keran produksi lebih lebar saat situasinya mendukung.
Menteri Perminyakan Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan OPEC bisa bertindak seperti The Federal Reserve pada 2013 untuk menghindari taper tantrum, situasi di mana pasar dilanda kepanikan.
OPEC sejauh ini memang telah membuat harga minyak kembali terkerek dan naik dua kali lipat dalam sebulan terakhir setelah para produsen sepakat memangkas produksi. Arab Saudi dan Rusia yang memimpin aliansi OPEC plus menilai produksi bisa kembali dikerek saat permintaan bahan bakar pulih.
Namun, harapan itu bisa saja buyar. Gelombang kedua pandemi Covid-19 bisa menjadi ancaman serius bagi pasar minyak dunia. Sementara itu, miliaran barel minyak menumpuk selama gelombang pertama berlangsung. Andai tidak sabar dengan mengerek produksi, bisa-bisa harga minyak kembali jatuh.
"Ketika mereka [OPEC plus] melihat harga selama kuartal ini, ketika mereka melihat kenaikan permintaan, saya pikir mereka merasa baik," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas di RBC Capital Markets LLC seperti dilansir dari Bloomberg, Minggu (12/7/2020).
Dalam beberapa hari ke depan, tepatnya 15 Juli 2020 OPEC akan menggelar Joint Ministerial Monitoring Committee (JMCC). Pangeran Abdulaziz dan kawan-kawan harus mempertimbangkan dengan matang rencana para juragan minyak ke depan.
Baca Juga
JMCC akan mempertimbangkan apakah aliansi 23 negara produsen harus menjaga produksi harian 9,6 juta barel untuk satu bulan ke depan ; atau mengembalikan beberapa rencana produksi yang tertunda. Opsi lain, menambah potongan produksi harian menjadi 7,7 juta barel.
Saat permintaan minyak meningkat, anggota OPEC cenderung memilih opsi terakhir. Beberapa delegasi nasional yang tidak mau disebutkan identitasnya menyebut jadwal pengiriman minyak untuk Agustus 2020 sudah ditetapkan.
Di Rusia, anggota non-OPEC yang paling berpengaruh dari aliansi itu, perusahaan-perusahaan minyak besar sedang bersiap untuk meningkatkan produksi bulan depan tanpa adanya panduan lain dari Kementerian Energi, ungkap dua sumber Bloomberg.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada 2 Juli 2020 belum ada posisi perpanjangan yang diambil Tetapi, dia menekankan lebih baik jika OPEC plus tetap pada keputusan sebelumnya
Saat harga minyak telah kembali ke level US$43 per barel, sentimen di pasar minyak tetap rapuh. Jumlah kasus baru di Amerika Serikat yang terus meningkat mencetak rekor pekan lalu.
"Pemulihan yang diharapkan orang mungkin saat ini belum terwujud," kata Mohammad Darwazah, seorang analis di Medley Global Advisors.
Dia menambahkan, Arab Saudi perlu memastikan para anggota mematuhi pembatasan produksi yang telah disepakati. Sejauh ini, Irak, Nigeria, Kazakhstan, dan Angola adalah empat negara yang bandel.
Empat negara ini harus menebus ketidakpatuhan dengan mengurangi produksi sebanyak 420.000 barel per hari dalam beberapa bulan ke depan. Pangeran Abdulaziz diyakini bakal bertindak tegas terhadap anggota yang tidak patuh.