Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (10/7/2020), mengikuti tren bursa global.
Pada pukul 09.00 WIB, IHSG dibuka melemah 0,14 persen atau 6,96 poin menjadi 5.045,83. Terpantau 38 saham menguat, 59 saham melemah, dan 104 saham stagnan.
Adapun, pada penutupan hari ini, IHSG melemah 0,43 persen atau 21,53 poin menjadi 5.031,26, setelah bergerak di rentang 5.022,17 - 5.076,52. Sejumlah 142 saham menguat, 260 saham melemah, dan 149 saham stagnan.
Investor asing mencatatkan net buy senilai Rp89,64 miliar. Sejumlah saham yang diborong asing merupakan kategori kapitalisasi jumbo atau big caps seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp145,9 miliar.
Selanjutnya, net buy saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) senilai Rp25,3 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Rp21,9 miliar, dan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk. (CPIN) Rp21,9 miliar.
Pada Kamis (9/7/2020), IHSG ditutup di level 5.052,79 dengan koreksi 0,46 persen atau 23,38 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Baca Juga
Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan pergerakan IHSG terlihat sedang terkonsolidasi setelah mengalami kenaikan dalam beberapa hari sebelumnya, sedangkan gelombang tekanan terlihat belum akan berakhir.
“Sentimen dari fluktuasi nilai tukar rupiah serta harga komoditas, dan masih terjadinya capital outflow secara year to date turut membayangi pergerakan IHSG,” papar William.
Sementara itu, pasar saham Asia juga melemah mengikuti pergerakan bursa Amerika Serikat. Hal tersebut dipengaruhi kekhawatiran investor terhadap lonjakan angka kasus positif virus corona yang dapat berdampak negatif terhadap pemulihan ekonomi global.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (10/7/2020), indeks Topix Jepang ditutup terkontraksi sebesar 1,42 persen. Menyusul di belakangnya adalah Kospi Korea Selatan yang turun sebesar 0,65 persen.
Pada bursa Asia, investor akan memantau pergerakan indeks Shanghai Composite yang tengah berada dalam tren positif. Selama delapan hari terakhir, pasar China menutup perdagangan di zona hijau. Namun, hari ini Shanghai SE Composite koreksi 1,95 persen.
Perdagangan hari ini diwarnai oleh sentimen lonjakan kasus positif virus corona tertinggi di negara bagian California dan Florida di Amerika Serikat. Kendati kebijakan fiskal dan moneter dapat menekan sentimen negatif ini, pasar tenaga kerja yang masih labil dinilai memperbesar sentimen negatif yang ada.
Chief Global Market Strategist di AxiCorp, Stephen Innes, mengatakan antusiasme investor terhadap prospek pembukaan ekonomi langsung tersapu oleh lonjakan kasus positif virus corona yang terjadi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa pemulihan ekonomi akan berjalan lebih lambat.
"Ketakutan pemerintah atau pelaku pasar saat ini menjadi sentimen utama pada perdagangan," jelasnya, seperti dikutip Bloomberg.