Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Juli-Agustus, Rupiah Diperkirakan Masih Bergejolak dan Rentan

Rupiah mencatat penurunan mingguan terbesar terhadap dolar sejak Maret pekan lalu karena investor melepas asetnya.
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Investor valas tengah was-was akan ada gejolak kedua pada mata uang rupiah dan rupee.

Bloomberg memperkirakan kedua dari mata uang dengan imbal hasil tertinggi di kawasan Asia Pasifik itu terlihat sangat rentan pada Juli dan Agustus. Pasalnya likuiditas kedua mata uang secara historis pada periode itu akan lebih terbatas karena para trader dalam masa liburan.

Di sisi lain, infeksi virus corona yang meningkat, langkah-langkah stimulus miliaran dolar, dan rencana monetisasi utang yang kontroversial mengancam kembalinya volatilitas.

Khoon Goh, Kepala Riset Asia di Australia dan Selandia Baru Banking Group Ltd. mengatakan volume perdagangan valas cenderung menurun selama periode liburan musim panas, tetapi tidak berarti bahwa volatilitasnya akan berkurang.

“Ada lebih banyak ruang lingkup bagi mata uang untuk melakukan lebih banyak penyesuaian terhadap guncangan ekonomi, dengan bank sentral yang tidak menaikkan suku bunga untuk sementara waktu,” katanya dikuitp dari Blommberg (7/6/2020).

Rupiah mencatat penurunan mingguan terbesar terhadap dolar sejak Maret pekan lalu karena investor melepas asetnya, di tengah kekhawatiran seputar rencana monetisasi utang yang meluas.

Di ujung lain spektrum, rupee India naik 1,3 persen terhadap greenback yang menjadi kenaikan terbaik sejak awal Mei karena peningkatan aliran modal masuk.

TD Sekuritas memperkirakan mata uang Indonesia akan lebih rentan terhadap fluktuasi sentimen. Pasalnya dalam sebulan terakhir rupiah memiliki volatilitas paling tinggi diantara semua mata uang Asia.

“Rupiah memiliki volatilitas yang lebih tinggi daripada rupee dan lebih menderita dari periode likuiditas,” kata Mitul Kotecha, Ahli Strategi Pasar Negara Berkembang di Singapura.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tergantung pada efektivitas stimulus, pelaku pasar bersiap untuk kembalinya perubahan harga.

Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. menyebutkan jika kuartal kedua seputar virus, maka bulan-bulan berikutnya akan menuntut perhatian lebih terhadap detail tentang pembukaan kembali ekonomi dan ketegangan geopolitik yang lebih dalam.

"Investor mungkin bisa lebih tenang pada kuartal III/2020 nanti,” pungkasnya.

Sementara itu, pada perdagangan Selasa (7/7/2020), pergerakan nilai tukar rupiah berakhir menguat 50 poin atau 0,35 persen ke level Rp14.440 per dolar AS, saat indeks dolar AS naik 0,25 persen atau 0,242 poin ke posisi 96,967.

Kemarin, Senin (6/7/2020), rupiah terapresiasi 32 poin ke level 14.490 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper