Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Korupsi Jiwasraya Bayangi Kinerja Reksa Dana pada Semester I/2020

Di balik bergulirnya proses hukum dalam kasus korupsi Jiwasraya, kinerja reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap memimpin daftar imbal hasil terbaik sepanjang paruh pertama 2020.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja investasi reksa dana pada semester I/2020 dibayangi oleh bergulirnya perkembangan proses hukum kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Saat ini, Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan 7 tersangka individu dan 13 tersangka korporasi dalam kasus korupsi Jiwasraya.

Enam tersangka individu yang sudah lebih dulu ditetapkan dan menjalani persidangan yakni Direktur Utama PT Hanson Internasional Tbk. Benny Tjokosaputro, Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk. Heru Hidayat.

Selanjutnya, mantan Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo, eks Kepala Divisi Investasi dan Keuangan Jiwasraya Syahmirwan, mantan Direktur Utama (Dirut) Jiwasraya Hendrisman Rahim, serta Direktur PT Maxima Integra Joko Hartono Tirto.

Satu tersangka baru diumumkan pada akhir Juni 2020, yaitu Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fakhri Hilmi.

Kejaksaan Agung juga telah menetapkan 13 korporasi yang mana seluruhnya adalah perusahaan manajer investasi sebagai tersangka dalam kasus korupsi Jiwasraya.

Perusahaan-perusahaan itu adalah PT PAN Arcadia Capital, PT OSO Manajemen Investasi, PT Pinnacle Persada Investama, PT Millenium Capital Management, PT Prospera Aset Manajemen.

Selanjutnya, PT MNC Asset Management, PT Maybank Asset Management, PT GAP Capital, PT Jasa Capital Asset Management, PT Corfina Capital, PT Tresure Fund Investama, Sinarmas Asset Management, dan PT Pool Advista Aset Manajemen.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Hari Setiyono mengemukakan bahwa 13 perusahaan tersebut telah berkontribusi merugikan keuangan negara hingga mencapai Rp12,157 triliun dari total keseluruhan kerugian Rp16,81 triliun pada kasus korupsi Jiwasraya.

Di balik bergulirnya proses hukum terhadap kasus korupsi Jiwasraya, kinerja reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap memimpin daftar imbal hasil terbaik sepanjang paruh pertama 2020. Sementara itu, kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran masih tertekan.

Berdasarkan data Infovesta Utama per 30 Juni 2020, kinerja reksa dana pasar uang yang tergambar dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index mencatatkan hasil positif, yakni 2,41 persen secara year to date.

Kasus Korupsi Jiwasraya Bayangi Kinerja Reksa Dana pada Semester I/2020

Tidak terpaut jauh, kinerja reksa dana pendapatan tetap yang digambarkan dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index memberikan imbal hasil 2,41 persen, seiring dengan positifnya kinerja indeks obligasi.

Dua indeks obligasi, yakni Infovesta Corporate Bond Index dan Infovesta Government Bond Index sama-sama menunjukkan kinerja positif secara year to date yakni 2,47 persen dan 2,04 persen.

Sementara itu, kinerja reksa dana saham yang digambarkan dalam Infovesta 90 Equity Fund Index masih tertekan dengan koreksi -22,12 persen. Hal itu sejalan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun -22,13 persen.

Akibat kinerja reksa dana saham yang tertekan, kinerja reksa dana campuran yang tergambar dalam Infovesta 90 Balanced Fund Index juga terseret dengan imbal hasil -11,34 persen sepanjang tahun berjalan.

Kasus Korupsi Jiwasraya Bayangi Kinerja Reksa Dana pada Semester I/2020

Dalam publikasi mingguannya, tim riset Infovesta Utama menyebut ada sejumlah sentimen yang bakal membayangi kinerja reksa dana di paruh kedua tahun ini. Untuk reksa dana dengan produk berbasis saham, terdapat sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri.

Infovesta menyebut dari dalam negeri sentimen pasar dapat dipengaruhi oleh laporan keuangan kuartal kedua yang kemungkinan mencatatkan angka yang lebih buruk daripada kuartal pertama.

“Namun, sentimen buruk akan berdampak terbatas karena investor telah memprediksi dan mengantisipasi hal tersebut,” tulis Infovesta, seperti dikutip Bisnis, Senin (6/7/2020)

Investor juga disebut masih menunggu perkembangan masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan vaksin Covid-19. Selain itu, masih terdapat potensi risiko terjadinya gelombang kedua karena angka kasus baru di Indonesia setiap harinya masih belum melandai.

Sementara dari luar negeri, sentimen datang dari Amerika Serikat yang akan segera dilaksanakan pemilihan presiden pada tanggal 3 November 2020 mendatang. Ini bakal menyebabkan investor cenderung wait and see sambil mengamati keadaan ekonomi.

Kemudian, untuk reksa dana berbasis pendapatan tetap, dengan tingkat inflasi yang rendah maka tingkat suku bunga acuan masih berpotensi melanjutkan tren penurunan sehingga akan memberikan sentimen yang positif untuk kinerja reksadana berbasis pendapatan tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper