Bisnis.com, JAKARTA – Dampak pandemi virus corona atau Covid-19 yang mulai menyergap Indonesia sejak Maret tahun ini ternyata langsung berdampak besar pada emiten ritel yang menjual produk selain dari bahan makanan pokok.
Padahal, sebelumnya, banyak emiten ritel yang juga berencana merogoh kocek untuk membeli saham kembali atau buyback karena situasi pasar yang sedang berfluktuasi pada awal masa pandemi.
Jelas, hal ini kurang lebih dikarenakan emiten ritel pada umumnya memanfaatkan penjualan dari gerai fisik untuk menggaet konsumennya. Fakta kalau napas usaha ritel dengan bisnis utama penjualan pakaian, aksesoris dan restoran tidak akan panjang dalam kondisi lesunya konsumsi akibat penyebaran Covid-19 atau virus corona memang sudah diprediksi.
Emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) menjadi yang cepat tanggap dengan mengumumkan penangguhan semua pembayaran dividen pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) akhir Maret lalu.
Bagi emiten penghuni indeks IDX High Dividend 20 tersebut, ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi membuat manajemen percaya penggunaan sumber dana dapat dialokasikan sebagai bentuk antisipasi terhadap tekanan atas traffic dan permintaan konsumen yang mungkin akan berkepanjangan.
Di sisi lain, isu pemutusan hubungan kerja (PHK) juga pertama kali terendus dari emiten ritel, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS). Tepatnya pada 7 April 2020, isu PHK di tubuh emiten berkode saham RALS mulai menyeruak di media sosial.
Melalui sebuah video singkat yang diunggah oleh seorang warganet, puluhan pegawai Ramayana Department Store menangis histeris saat tahu dirinya diberhentikan dari perusahaan tersebut.
Tak jauh berbeda, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) atau MAP Grup juga baru-baru ini mengakui bahwa penyebaran pandemi Covid-19 pada bulan Maret menyebabkan penurunan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan secara signifikan yang pada akhirnya memberikan dampak pada operasional.
“Fokus utama MAP saat ini adalah meningkatkan penjualan melalui omni channel, melakukan penghematan melalui sejumlah efisiensi biaya, serta berkomunikasi secara intensif dengan para pemilik merek dan vendor," ungkap VP Investor Relations & Corporate Communications Grup MAP Ratih D. Gianda melalui siaran persnya, Selasa (30/6/2020).
Di sisi lain, pencapaian gerai supermarket Foodhall yang berada di bawah naungan perseroan dinilai telah melebihi target melalui penyediaan kebutuhan dasar dan perlengkapan kebersihan yang diperlukan masyarakat.
Nafas Panjang
Kendati mengalami mengalami goncangan yang cukup keras, ternyata ada juga emiten ritel yang meraup pendapatan dari kondisi yang terjadi 4 bulan terakhir. Salah satunya adalah emiten ritel minimarket PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT)
Mengutip dari laporan keuangan kuartal I/2020, perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan 15,67 persen secara tahunan menjadi Rp19,3 triliun. Fantastisnya, pemilik gerai waralaba Alfamart tersebut juga membukukan kenaikan laba bersih 73,71 persen secara tahunan menjadi Rp350,4 miliar.
Beruntungnya lagi, meskipun terjadi penutupan dan pembatasan kegiatan operasional, PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) berhasil mencatatkan kinerja yang cukup cemerlang sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Hal ini terbukti dari kinerja penjualan bersih dan laba bersih perseroan yang bertumbuh masing-masing 4,53 persen yoy menjadi Rp1,97 triliun dan 3,9 persen year on year menjadi Rp245,68 miliar.
“Selain gerai baru yang dibuka tahun ini, gerai yang sudah ada juga menyumbangkan pertumbuhan positif terhadap penjualan perseroan,” ungkap Corporate Secretary Ace Hardware Indonesia Helen Tanzil kepada Bisnis melalui keterangan tertulis, Senin (29/6/2020).
Pihak Ace Hardware meyakini, kondisi perseroan yang nihil utang dan kas yang tebal hingga akhir periode membuat perseroan mampu bertahan di tengah pandemi.
Namun, perseroan memprediksi pencapaian tersebut kemungkinan tidak akan terulang pada triwulan kedua tahun ini akibat dari pembatasan gerai operasional berskala besar dan target ekspansi gerai yang kemungkinan tidak sesuai dengan awal pencanangan.