Bisnis.com, JAKARTA – PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. mengalami penurunan laba bersih hingga 92,22 persen pada kuartal I/2020, sejalan dengan pendapatan yang menyusut pada periode tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, emiten berkode saham PTPP itu membukukan laba bersih sebesar Rp13,31 miliar. Realisasi laba tersebut menurun 92,22 persen dari perolehan pada kuartal I/2019.
Perolehan laba yang menurun sejalan dengan pendapatan perseroan yang tergerus 31,09 persen menjadi Rp3,4 triliun. Adapun beban pokok hanya menurun 28,51 persen menjadi Rp3,08 triliun.
Dari enam pos penyumbang pendapatan usaha, hanya pendapatan dari sektor pracetak dan energi yang meningkat. Masing-masing meningkat 168,21 persen dan 14,48 persen menjadi Rp54,51 miliar dan Rp28,56 miliar.
Adapun, penyumbang terbesar, yakni jasa konstruksi menurun 31,16 persen menjadi Rp2,71 triliun. Sementara itu, penurunan pendapatan terbesar terjadi pada sektor EPC yang menyusut 59,95 persen menjadi Rp194,76 miliar.
Di sisi lain, perseroan juga mengalami peningkatan beban cadangan penurunan nilai sebesar 106 persen menjadi Rp52,74 miliar pada kuartal I/2020.
Baca Juga
Hal ini juga diiringi dengan peningkatan pada beban keuangan sebesar 53,43 persen dan beban lainnya sejumlah 115,78 persen. Beban keuangan menjadi Rp180,9 miliar, sedangkan beban lainnya menjadi Rp41,57 miliar.
Meski begitu, perseroan juga mengalami peningkatan pada bagian laba ventura bersama sebesar 660,09 persen. Jumlah laba tersebut meningkat dari Rp18,32 miliar pada kuartal I/2019 menjadi Rp139,3 miliar pada kuartal I/2020.
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael mengatakan bahwa pendorong perolehan laba bersih perseroan pada kuartal I/2020 hanya mencapai 1 persen dari estimasi perolehan laba bersih 2020.
Sementara itu, pendapatan sebesar Rp3,4 triliun juga hanya mencapai 13 persen estimasi Mirae. Kinerja bottom line dan top line PTPP pada kuartal I/2020 berada di proyeksi.
Meski demikian, dia menyatakan bahwa laba bersih inti perseroan berhasil mencapai Rp68 miliar, atau setara 8 persen perkiraan laba bersih inti pada 2019 sebesar Rp903 miliar.
Di sisi lain, perseroan juga mendapatkan tambahan laba bersih dari ventura bersama yang cukup besar. Penyumbang utama laba tersebut adalah proyek RDMP V Balikpapan yang 15 persen sahamnya dimiliki perseroan.
Joshua menjelaskan, perlambatan progres proyek selama pandemi Covid-19 menjadi salah satu penekan performa perusahaan. Dari sisi sektor bisnis, konstruksi mengalami penurunan margin laba kotor sebesar 1,6 poin menjadi 8,2 persen. Sementara itu, margin laba kotor segmen EPC menurun 13,3 persen menjadi 1 persen saja.
“Meskipun PTPP berupaya meningkatkan efisiensi biaya, beban subkontraktor dan pengeluaran tidak langsung sulit diturunkan. Dengan perkiraan kegiatan konstruksi mulai normal pada semester II/2020, kami perkirakan margin laba kotor dapat meningkat ke 12 persen pada akhir tahun,” kataya, dikutip dari riset, Jumat (19/6/2020).
Sementara itu, rasio gross dan net gearing PTPP meningkat pada kuartal I/2020, masing-masing menjadi 1,29 kali dan 0,8 kali. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni peningkatan uang sebesar Rp2 triliun dan penurunan laba ditahan Rp1,3 triliun akibat penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71.
Dia mengatakan bahwa dengan banyak tertundanya proyek akibat pandemi Covid-19, Mirae menurunkan proyeksi kontrak baru pada tahun ini. Proyeksi kontrak baru PTPP untuk tahun ini adalah Rp28,5 triliun, turun 29 persen dari proyeksi awal Mirae.
Meski begitu, Joshua menerangkan bahwa dibandingkan para pesaingnya di segmen konstruksi, PTPP memiliki performa paling baik dari sisi kontrak baru. Perolehan kontrak baru PTPP sampai April mencapai Rp6,5 triliun, tertinggi di antara empat emiten BUMN Karya.
Dengan demikian, dia masih menjagokan PTPP sebagai top picks di sektor konstruksi. Menurutnya, potensi penguatan harga saham ke depan masih terbuka lebar karena risiko penurunan kinerja sudah priced in ke dalam harga saat ini.
“Oleh karena itu kami mempertahankan rekomendasi beli untuk PTPP, tetapi dengan target harga lebih rendah yakni Rp1.300 per saham. Saat ini PTPP diperdagangkan pada valuasi yang lebih rendah dari rata-rata 10 tahun terakhirnya.”