Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih melanjutkan penguatan pada perdagangan Selasa, (16/6/2020) seiring dengan pelemahan mata uang dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.090 per dolar AS, terapresiasi 0,17 persen atau 25 poin. Kinerja tersebut menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terbaik ketiga di Asia, tepat di bawah won yang naik 0,76 persen dan peso Filipina yang menguat 0,59 persen.
Adapun, penguatan itu terjadi di saat indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,08 persen ke level 96,625.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa penguatan rupiah kali ini didukung oleh sentimen rencana penggelontoran stimulus oleh The Fed dan Presiden AS Donald Trump yang justru melemahkan dolar AS.
Bank Sentral AS itu berencana membeli obligasi korporasi di pasar sekunder, memperluas pembelian surat sebagai bagian dari skema stimulus yang telah diumumkan sebelumnya dan akan meluncurkan Program Pinjaman Jalan Utama untuk bisnis.
Ketua The Fed Jerome Powell juga memberikan sinyal untuk menggelontorkan lebih banyak stimulus di tengah tantangan ekonomi akibat Pandemi Covid-19.
Baca Juga
Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga tengah berencana untuk menggelontorkan dana US$1 triliun ke sektor infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian.
“Bank Indonesia hari ini tidak terlalu besar dalam melakukan intervensi karena dibantu oleh komentar Bank Sentral AS yang positif sehingga membawa angin segar bagi aliran modal asing yang dapat kembali masuk ke pasar dalam negeri,” tulis Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (16/6/2020).
Dia mengatakan bahwa rupiah kemungkinan masih akan menguat di bawah level Rp14.000 per dolar AS pada perdagangan Rabu (17/6/2020), yaitu di kisaran level Rp13.950-Rp14.150 per dolar AS.
Di sisi lain, Ahli Strategi FX HSBC Holdings David Bloom mengatakan bahwa rupiah dan bath diproyeksi menjadi mata uang terkuat di Asia seiring dengan ketegangan AS dan China yang memberikan sinyal kembali memanas dan ketidakpastian pasar saat ini.
Sementara itu, pihaknya tidak dapat melihat jalur pergerakan dolar AS saat ini, baik bullish maupun bearish. Dia menuturkan dolar AS akan tetap berfluktuatif di tengah ketidakpastian yang meluas pada pandemi Covid-19, pelemahan ekonomi, dan potensi jangka waktu pemulihan ekonomi.
“Untuk rupiah, aliran masuk obligasi ke Indonesia telah kembali tetapi kepemilikan asing terlihat masih rendah dibandingkan dengan rekor yang sempat terjadi belum lama ini. Rupiah diproyeksi berada di posisi Rp13.866 per dolar AS pada akhir tahun ini,” ujar David seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (16/6/2020).