Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) akan mengandalkan bisnis batu bara kokas atau coking coal sebagai antisipasi penurunan harga komoditas.Batu bara jenis ini digunakan untuk pembuatan baja dan memiliki harga yang lebih tinggi.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febrianti Nadira mengatakan perseroan tidak bisa mengendalikan harga komoditas. Oleh sebab itu, ADRO mulai mendiversifikasi bisnis mining dengan masuk ke bisnis coking coal. Dia mengklaim, Adaro memiliki model bisnis yang terintegrasi dan efisien dan telah terbukti sukses dalam menghadapi siklus batu bara.
“Pilar-pilar non batu bara akan terus memberikan kontribusi yang stabil kepada Adaro Energy serta menjadi penyeimbang volatilitas batu bara," katanya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).
Baca Juga
Dia menambahkan kondisi pasar batu bara saat ini memang sangat menantang. Maka itu perseroan fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional dan pengendalian biaya dan efisiensi untuk mempertahankan kinerja yang solid.
"Kondisi pasar tahun ini masih penuh tantangan, namun saat ini belum ada perubahan panduan produksi Adaro tahun 2020 yaitu 54 juta ton sampai 58 juta ton," katanya.
Selain itu, terkait penurunan harga batu bara acuan ke level US$52,98 per ton untuk Juni ditanggapi Ira dengan optimistis. ADRO, lanjutnya, tetap akan mengikuti regulasi dan aturan pemerintah untuk domestic market obligation dan akan memenuhi kebutuhan customer lainya di pasar ekspor