Bisnis.com, JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas merevisi target harga batu bara untuk tahun ini menjadi US$65 per ton atau turun 7,1 persen dari target sebelumnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan revisi target itu sejalan dengan kondisi pasar di China yang akan melakukan penyeimbangan dengan menurunkan target produksi.
“Kami memangkas karena China mengurangi produksi batu bara masing-masing menjadi 3,32 miliar ton dan 3,49 miliar ton pada tahun ini dan tahun depan. Sebelumnya, kami meramalkan bahwa produksi dapat mencapai 3,47 miliar ton dan 3,78 miliar,” sebutnya pada Senin (8/6).
Meski demikian, Andy memperkirakan untuk jangka menengah dan panjang permintaan batu bara dari negara Tirai Bambu itu masih terus ada. Selain itu, dia juga percaya China akan tetap menjaga harga batu bara pada level yang wajar. Pasalnya, perusahaan batu bara disana masih dalam posisi berutang sedangkan perusahaan serupa di Asia telah dalam neraca kas yang sehat.
“Kami melihat banyak tekanan pada harga global karena melemahnya permintaan setelah China dilanda pandemi. Kami tetap berharap permintaan batu bara akan bertahan dalam jangka menengah karena ada daya panas yang baru diinvestasikan kapasitas pabrik di China,” sebutnya.
Sementara itu, dari dalam negeri pun pemerintah telah memangkas harga batu bara acuan Juni menjadi US$52,98 per ton. Nilai itu turun US$8,13 bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya US$61,11 per ton.
Baca Juga
Meski demikian, Andy menilai masih ada katalis positif bagi sektor pertambangan berupa revisi UU tentang Perjanjian Karya Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Dalam revisi itu, perusahaan tambang diperkenankan memperpanjang izin dengan birokrasi yang minim.
Selain itu, Domestic Market Obligation (DMO) masih di kisaran 155 juta ton naik 12,3 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun, Andy meyakini DMO akan berubah dari batas harga USD70 per ton ke bobot Referensi Harga Batubara Indonesia (HBA).
“Ketika indeks batubara Indonesia menyentuh bawah US$70 ton, harga jual batu bara untuk DMO akan didasarkan pada bobot,” sebutnya.
Oleh sebab itu, Andy merekomendasikan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Indo Tambaraya Megah Tbk. (ITMG) dengan masing-masing target Rp1.260 dan Rp10.150.