Bisnis.com, JAKARTA –Dua emiten mencoba peruntungan dengan memproduksi produk sabun tangan atau hand sanitizer. PT Kino Indonesia Tbk. dan PT Martina Berto Tbk. yakin produk ini akan laris di pasaran seiring kesadaran masyarakat menerapkan pola hidup bersih sehat.
Sejak kasus pertama penyebaran virus corona di Indonesia diketahui pada 1 Maret 2020, berbagai kebijakan ditempuh untuk membendung penyebaran virus. Pada April 2020, sejumlah daerah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Aktivitas ekonomi pun terimbas. Bahkan, Badan Pusat Statistik melansir perekonomian hanya tumbuh 2,97 persen pada kuartal I/2020.
Kino mengakui pandemi virus corona juga telah berdampak pada kinerja perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi per 31 Maret 2020, Kino membukukan penjualan Rp1,11 triliun, tumbuh tumbuh 11,08 persen secara tahunan.
Adapun, laba bersih perseroan pada kuartal pertama tahun ini terkontraksi 81,10 persen menjadi Rp57,85 miliar.
Melalui laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan juga mengungkapkan akan tetap berusaha menjalankan petunjuk dari pemerintah terkait pekerjaan dengan menerapkan segala protokol kesehatan dari pengukuran suhu, penggunaan masker, dan physical distancing.
“Di sisi lain, perseroan berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar di saat pandemi ini dengan memberikan perhatian yang lebih besar di sektor hygiene dengan menyediakan beberapa produk yang dibutuhkan masyarakat dalam menghadapi wabah ini,” ungkap manajemen dalam keterangan resmi
Baca Juga
Dengan strategi di atas tersebut, diharapkan pandemi ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan usaha perseroan.
Berbeda dengan kondisi yang dialami Kino pada kuartal pertama tahun ini, emiten perawatan tubuh, wajah dan kosmetik, PT Martina Berto Tbk. (MBTO) tidak mampu mengelak dari penurunan angka penjualan.
Pendapatan emiten yang tergabung dalam Grup Martha Tilaar tersebut terkoreksi 38,2 persen menjadi Rp87,06 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Hal ini pun membuat perseroan harus menanggung rugi bersih Rp24,24 miliar, berbanding dari posisi untung pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp854,9 juta.
Berdasarkan segmen penjualannya, baik produk kosmetik, jamu, dan lain-lain mengalami kontraksi. Pendapatan dari segmen produk kosmetik yang notabenenya menjadi penopang bisnis perseroan mengalami penurunan sebesar 34,97 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Melalui laman keterbukaan informasinya di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Martina Berto menyatakan pandemi Covid-19 telah berdampak pada pembatasan operasional perseroan.
“Pembatasan operasional perseroan antara lain promosi terbatas untuk penjualan produk aktif, pembelanjaan raw material terbatas pada kebutuhan rencana produksi untuk mendukung penjualan,” tulis manajemen dalam keterangannya.
Karena pandemi tersebut, Martina Berto akhirnya mengambil langkah untuk merumahkan sebanyak 50 karyawannya hingga saat ini. Di sisi lain, hal ini juga berdampak pada pemenuhan kewajiban pokok utang jangka pendek perseroan sebesar Rp214,28 miliar.
Perusahaan yang kini beralih memproduksi hand sanitizer dengan jenama Bright Clean tersebut menetapkan beberapa strategi dalam mempertahankan kelangsungan usaha di tengah kondisi pandemi.
Pertama, perseroan melakukan efisiensi biaya operasional, yaitu biaya promosi yang terfokus pada penjualan dan biaya operasional lainnya melalui pembenahan struktur organisasi maupun kegiatannya.
Kedua, pengendalian stock investment melalui pengendalian perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan perencanaan pembelanjaan material yang lebih akurat dan lebih fokus.
Ketiga, perseroan memberhentikan sementara capital expenditure dan keempat menjajaki penjualan-penjualan produk yang dibutuhkan dalam kondisi pandemi Covid-19.
Selain itu, perseroan juga mengontrol keuangan yang lebih ketat untuk setiap pembelanjaan, mengajukan restrukturisasi pinjaman kepada pihak bank, dan menjadwal ulang pembayaran utang kepada pihak pemasok.