Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah menegaskan peringkat “idA” kepada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan Obligasi Berkelanjutan I/2011.
Dikutip dari keterbukaan informasi, prospek untuk peringkat perusahaan direvisi menjadi “negatif” dari “stabil” karena mengantisipasi penurunan EBITDA yang diakibatkan oleh harga jual nikel dan volume penjualan emas yang lebih rendah dari ekspektasi.
"Situasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya akibat Coronavirus Disease (Covid-19) pandemi mendorong kami untuk merevisi ekspektasi volume penjualan dan harga komoditas ANTM menjadi lebih rendah dari proyeksi terakhir kami," papar Pefindo, dikutip Kamis (4/6/2020).
Sejak Covid-19 pertama diidentifikasi pada akhir Desember 2019, harga nikel global turun sebanyak 12% dari US$13.723 per ton menjadi US$12.128 per ton pada 27 Mei 2020.
Pandemi yang mengakibatkan lockdown di beberapa negara juga mempengaruhi penjualan ekspor emas ANTM, yang diperkirakan akan menurun. Meskipun manajemen akan fokus untuk meningkatkan penjualan emas lokal, yang memiliki margin yang lebih tinggi dibandingkan penjualan ekspor, tetapi permintaan dari pasar retail emas domestik mungkin agak melemah.
Pasalnya, harga emas mengalami tren melambung di tengah daya beli masyarakat yang melemah saat ini. Meskipun ANTM mengambil beberapa beberapa inisiatif untuk mempertahankan posisi biaya yang rendah dan memitigasi penurunan EBITDA dengan melakukan efisiensi biaya, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dapat mempengaruhi profil kredit ANTM dalam jangka waktu dekat hingga menengah.
Baca Juga
Peringkat mencerminkan sumber daya dan cadangan ANTM yang cukup besar, posisi yang kuat di industri yang didukung oleh produk pertambangan yang terdiversifikasi, dan kegiatan operasional yang terintegrasi secara vertikal. Namun, peringkat dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi dan paparan terhadap fluktuasi atas harga komoditas.
Peringkat dapat diturunkan jika pandemi terus berlangsung hingga 2021 yang dapat menunda pemulihan ekonomi global dan berdampak negatif bagi harga komoditas dan permintaan global. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap operasi bisnis dan profil keuangan ANTM.
Peringkat juga bisa berada di bawah tekanan jika perusahaan mencatatkan utang yang lebih tinggi dari ekspektasi tanpa dikompensasi dengan peningkatan EBITDA dan/atau gagal menyelesaikan proyek ekspansi tepat waktu.
Sementara itu, Pefindo dapat revisi prospek menjadi stabil jika Antam mampu memperkuat EBITDA ditengah keadaan yang tidak begitu baik saat ini dan meningkatkan credit matrix menjadi lebih konservatif.
"Kami akan terus memantau efek COVID-19 terhadap kinerja dan profil keuangan Perusahaan dalam jangka waktu dekat hingga menengah," imbuh Pefindo.
Didirikan pada bulan Juli 1968, ANTM adalah perusahaan tambang milik negara di Indonesia yang menghasilkan bijih nikel dan feronikel (FeNi), emas, bauksit, dan batubara. Pada tanggal 31 Desember 2019, 65% saham antam dimiliki oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), yang sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, dan sisanya dimiliki publik (35%).