Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja penjualan emas PT Aneka Tambang Tbk. pada Lebaran 2020 diklaim masih menunjukkan tren positif meskipun diterpa sentimen perlambatan ekonomi global dan mahalnya harga emas fisik. Penjualan berhasil didukung oleh transaksi online.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan penjualan emas pada Lebaran tahun ini masih menunjukkan respons positif dari masyarakat meski pandemi Covid-19 belum berakhir.
“Ada peningkatan yang cukup signifikan dari lini penjualan online Logam Mulia pada 2 bulan terakhir ini, dibandingkan sebelumnya ada bentuk adaptasi pelanggan dan perusahaan pada situasi saat ini,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020).
Kunto menjelaskan saat ini, transaksi penjualan emas sesuai dengan protokol penanganan Covid-19, yaitu dengan menerapkan transaksi online melalui laman resmi dan menetapkan mekanisme order serta transaksi buyback melalui aplikasi WhatsApp.
Untuk logam mulia yang telah dibeli melalui sistem online, dapat diambil di Butik Emas Logam Mulia yang sekarang beroperasi secara terbatas atau dikirim melalui jasa ekspedisi yang bekerja sama dengan perusahaan.
Sementara itu, transaksi buyback dapat dilakukan di butik setelah lebih dulu melakukan janji temu melalui WhatsApp.
Kendati respons masih positif, Kunto mengaku kondisi penjualan emas di Idul Fitri tahun ini tidak dapat dipungkiri berbeda dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Biasanya, periode Lebaran menjadi musim terbaik penjualan emas tiap tahunnya.
Namun, emiten berkode saham ANTM itu tidak menyebutkan secara detail perbandingan dan realisasi angka kinerja penjualan emas pada tahun ini.
Di sisi lain, harga emas batangan cetakan Antam untuk ukuran 1 gram per 31 Mei 2020 berada di posisi Rp914.000 per gram.
Dalam sebulan terakhir, harga emas Antam telah turun 2,45 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, harganya naik 18,54 persen.
Harga emas batangan itu sempat menyentuh level Rp972.000 per gram, level tertinggi emas Antam sepanjang sejarah. Penguatan itu didukung tingginya harga emas global akibat tingginya minat investasi aset aman dan nilai tukar rupiah yang melemah dari dolar AS.