Bisnis.com, JAKARTA - Mengawali perdagangan Juni, nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya meskipun di tengah banyaknya gejolak di pasar global.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kemungkinan pergerakan rupiah masih akan bergejolak, tetapi cenderung menguat.
“Walaupun berpotensi dibuka melemah tetapi ada kemungkinan rupiah dapat ditutup menguat di kisaran Rp14.520-Rp14.480 per dolar AS,” tulis Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (2/6/2020).
Adapun, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (29/5/2020), rupiah parkir di level Rp14.610 per dolar AS, terapresiasi 0,71 persen atau 105 poin. Kinerja rupiah itu pun menjadi yang terbaik di Asia Pasifik, mengalahkan yen yang hanya menguat 0,46 persen, dolar Australia yang naik 0,44 persen, dan dolar Singapura yang naik 0,42 persen.
Ibrahim menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah masih digerakkan oleh sentimen eskalasi ketegangan hubungan Amerika Serikat (AS) dan China.
Hal itu terjadi seiring dengan Presiden AS Donald Trump yang terus menyerang Negeri Panda itu dengan meminta pertanggungjawaban terkait Covid-19 yang menjadi pandemi global dan menuntut kompensasi atas kerusakan ekonomi AS.
Baca Juga
Selain itu, hubungan kedua negara kini semakin memburuk setelah AS kembali ikut campur urusan Hong Kong yang merupakan wilayah administratif China.
Di sisi lain, Bank Indonesia dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini pada Kamis (28/5/2020) mengatakan sangat optimis nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya.
Yaitu, berpotensi kembali ke level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp13.600-Rp14.000 per dolar AS.
Melihat sisi fundamental, Ibrahim memproyeksikan inflasi akan rendah, current account deficit (CAD) menurun, dan aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) akan terus meningkat.
“Dengan demikian, dapat memperkuat dan memperkokoh mata uang Garuda sehingga BI tidak perlu lagi menurunkan suku bunga acuan dalam pertemuan Juni mendatang,” papar Ibrahim.