Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sektor diperkirakan akan mulai bangkit seiring pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia yang rencananya dimulai pada Juni mendatang.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai selesainya PSBB akan memberikan dampak yang positif ke pasar modal, apalagi selama tiga bulan belakangan kondisi pasar saham berimbas pandemi Covid-19.
Dia menyebut antusiasme pelaku pasar mengenai kembali berjalannya roda ekonomi domestik sudah terlihat di penghujung Mei. Hal itu terlihat dari reli Indeks Harga Saham Gabungan sepanjang pekan ini.
Minggu ini IHSG meningkat cukup signifikan, walaupun belum wah tapi ya sudah ada geliat, lumayan naik ke 4.700an dalam seminggu,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020)
Jika kondisi kenormalan baru atau new normal dapat membuat ekonomi kembali berputar, diharapkan menjadi katalis positif untuk beberapa sektor yang ‘mati suri’ selama beberapa bulan terakhir.
Adapun sektor yang diproyeksikan akan mulai bangkit salah satunya adalah ritel dan jasa, seiring dengan mall dan pusat perbelanjaan yang mulai beroperasi kembali. Juga lokasi-lokasi pariwisata yang akan mulai boleh dikunjungi.
Baca Juga
“Masyarakat yang sudah dikarantina tiga bulan pasti akan semangat untuk belanja,” imbuhnya.
Sektor lain yang akan bergeliat adalah finansial, khususnya perbankan. Pasalnya, untuk menggerakan roda ekonomi pasti dibutuhkan modal dan pembiayaan sehingga peran emiten di sektor ini akan sangat dominan.
Selain itu, sektor otomotif juga diprediksi dapat kembali bernafas karena masyarakat dinilai akan cukup tertarik membeli kendaraan baru untuk menghindari risiko bepergian dengan transportasi publik.
Kemudian, Wawan menyebut sektor telekomunikasi diperkirakan akan melanjutkan kinerja baiknya. Sebab, meski aktivitas luar ruangan dan perkantoran telah dimulai kembali, masyarakat sudah mulai terbiasa untuk berkomunikasi secara virtual.
“Kebiasaan untuk video conference dan sebagainya masih akan lebih disukai daripada tatap muka langsung, terutama untuk bisnis. Jadi kebutuhan akan data ini masih akan tinggi,” tutur Wawan.
Meskipun berharap pada kenormalan baru, Wawan menilai investor masih akan menimbang banyak aspek, apalagi masih banyak risiko yang membayangi kondisi yang disebut sebagai new normal tersebut.
Salah satu yang akan dicermati adalah bagaimana perkembangan jumlah kasus terinfeksi Covid-19. Sebab jika pasien terus bertambah bukan tak mungkin PSBB akan kembali diberlakukan dan ekonomi lumpuh lagi.
“Kalau itu terjadi koreksi bisa berlanjut karena ternyata untuk menjalankan new normal tidak semudah itu. Hal inilah yang dikhawatirkan investor,” tukas Wawan.