Bisnis.com, JAKARTA - Bursa berjangka Eropa dan Amerika Serikat tertekan pada Kamis (21/5/2020) siang seiring dengan sentimen pasar yang mengkhawatirkan memburuknya hubungan antara AS-China. Pelaku pasar pun menghindar dari aset berisiko seperti saham.
Dikutip dari Bloomberg, pasar saham Asia terkoreksi, sejalan dengan bursa berjangka AS dan Eropa. Senat AS mengesahkan Undang-Undang yang dapat melarang beberapa perusahaan China untuk listing di Bursa AS. Sementara Presiden Donald Trump dalam twit-nya menyampaikan kritik terhadap kepemimpinan China.
Senat AS menyetujui UU tersebut pada Rabu (20/5/2020), sehingga perusahaan kakap seperti Alibaba Group Holding Ltd. dan Baidu Inc. dilarang terdaftar di bursa AS.
Di samping ketegangan AS-China, sentimen pasar sudah dibayangi oleh pertentangan mengenai kemungkinan vaksin untuk virus Covid-19. Seberapa jauh efek vaksin, dan kapan bisa edarkan secara luas menjadi pertanyaan besar. Pelaku pasar juga memantai pelonggaran lockdwon di sejumlah negara.
Dalam risalah FOMC 28-29 April 2020 yang dirilis Rabu (20/5/2020), para pejabat Federal Reserve juga melihat pandemi sebagai ancaman ekonomi yang parah dan memengaruhi stabilitas keuangan.
"Pasar kembali memantau hubungan AS-China yang bisa menambah risiko. Pandemi dan penurunan ekonomi juga membuat komitmen perdagangan AS-China sulit terpenuhi," papar Stephen Innes, chief global market strategist AxiCorp.
Baca Juga
Berikut sejumlah data utama di pasar siang ini.
Saham
Indeks S&P500 berjangka turun 0,6 persen, setelah kemarin naik 1,7 persen
Euro Stoxx50 Futures turun 1,1 persen
MSCI Asia Pasific Indeks turun 0,3 persen
Mata Uang
Yen turun 0,2 persen menjadi 107,71 per dolar AS
Yuan di level 7,1137 per dolar AS
Euro turun 0,2 persen ke 1,0961 per dolar AS
Indeks dolar AS naik 0,3 persen
Komoditas
Minyak WTI naik 2,8 persen ke US$34,4 per barel
Emas turun 0,6 persen menjadi US$1.738 per troy ounce.