Bisnis.com, JAKARTA – Emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp119,8 per saham untuk tahun buku 2019.
Jika mengacu pada jumlah saham perseroan saat ini yakni sebesar 116,32 miliar yang dipegang oleh perorangan dan institusi, perseroan jelas konsisten membagikan dividen payout ratio (DPR) 100 persen, atau sebesar Rp13,93 triliun pada tahun ini.
Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis menyatakan tahun ini akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri tembakau karena perekonomian telah menerima pukulan keras dengan adanya pandemi Covid-19.
“Selain itu, merek-merek kami juga terimbas dengan adanya kenaikan tarif cukai eksesif dengan rata-rata tertimbang sebesar 24 persen, serta kenaikan harga jual eceran eksesif dengan rata-rata tertimbang sebesar 46 persen,” ujarnya dalam rilis yang diterima Bisnis, Senin (18/5/2020).
Meskipun demikian, perseroan menghargai beberapa relaksasi yang diberikan oleh Kementerian Keuangan, termasuk perpanjangan waktu pembayaran cukai dari 60 hari menjadi 90 hari sejak waktu pemesanan.
"Kemudahan tersebut memberi kami kemampuan untuk mengalokasikan dan mengelola sejumlah dana untuk meningkatkan protokol kesehatan dan keselamatan pada aktivitas bisnis kami," sambungnya.
Baca Juga
Sejak munculnya pandemi Covid19, perseroan telah mengambil sejumlah langkah terkait dengan kelangsungan usaha untuk menjaga ketersediaan produk bagi pelanggan dan konsumen dewasa.
Meski perusahaan sedang menghadapi situasi yang luar biasa, Trumpaitis memastikan bahwa Sampoerna berkomitmen untuk menjamin kestabilan ekonomi seluruh karyawan dan tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja selama periode pandemi ini dan tetap memberikan gaji penuh, termasuk tunjangan hari raya.
Melihat dampak signifikan pandemi terhadap bisnis, Trumpaitis berharap pemerintah akan terus mendukung industri tembakau yang merupakan sumber penghasilan sekitar enam juta orang.
KINERJA PERSEROAN
Pada tahun 2019, produsen rokok Dji Sam Soe tersebut membukukan pendapatan bersih sebesar Rp106,1 triliun dan laba bersih sebesar Rp 13,7 triliun. Profitabilitas bertumbuh karena didukung oleh optimalisasi biaya, sehingga menghasilkan margin laba kotor yang lebih baik.
Perseroan juga mengklaim mampu mempertahankan posisi kepemimpinannya di Indonesia dengan mencatatkan 32,2 persen pangsa pasar dan volume penjualan tahunan sebesar 98,5 miliar unit.
Volume penjualan mengalami penurunan sebesar 2,9 persen, disebabkan oleh merek Sampoerna A yang berada di bawah tekanan dari selisih harga yang lebih lebar dengan segmen rokok harga rendah.
Sampoerna memiliki 29,6 persen pangsa pasar di segmen sigaret kretek mesin, 57,2 persen pangsa pasar di segmen rokok putih, dan 36,3 persen pangsa pasar di segmen sigaret kretek tangan.
Sampoerna juga melaporkan peningkatan laba bersih pada kuartal pertama tahun 2020 sebesar 1,1 persen menjadi Rp3,32 triliun dibandingkan tahun lalu, yang disebabkan oleh beban biaya operasional yang tidak memberatkan.
Sementara itu, pendapatan Perseroan mengalami sedikit penurunan sebesar 0,5 persen menjadi Rp 23,7 triliun dikarenakan penurunan volume penjualan rokok, yang diimbangi sebagian oleh kenaikan harga.
Di kuartal pertama tahun 2020, pangsa pasar dan volume Sampoerna mengalami penurunan menjadi 30,3 persen dan 20,4 miliar unit. Hal ini terutama disebabkan oleh merek Dji Sam Soe Magnum Mild, yang mencerminkan bahwa perokok dewasa lebih memilih untuk membeli merek-merek dengan harga sangat rendah dikarenakan selisih harga yang melebar.
Penurunan tersebut diimbangi sebagian oleh peningkatan pangsa pasar merek Sampoerna A yang menunjukkan berkurangnya selisih harga dengan merek-merek pesaing yang memiliki harga menengah dan rendah.