Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konstruksi PT Adhi Karya (Persero) Tbk. mencatat penurunan laba bersih yang tajam sepanjang kuartal I/2020.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mencatatkan laba sebesar Rp14,55 miliar, turun 80,73 persen dibandingkan dengan posisi kuartal I/2019 senilai Rp75,54 miliar.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan laba Adhi Karya anjlok. Secara umum, laba Adhi Karya merosot karena kenaikan beban dan penurunan pendapatan non operasional.
Dari posisi top line atau pendapatan, emiten berkode saham ADHI ini membukukan pendapatan sebesar Rp3,06 triliun, naik 31,71 persen secara tahunan. Kenaikan beban diikuti kenaikan beban pokok 31,96 persen menjadi Rp2,65 triliun. Walhasil laba kotor yang dikumpulkan mencapai Rp413 miliar atau tumbuh 30 persen.
Namun, Adhi Karya mencetak kenaikan pada sejumlah pos beban yang signifikan. Misalnya, beban usaha meningkat 24,82 persen menjadi Rp180,78 miliar. Penyebabnya adalah kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 28,79 persen menjadi Rp173,96 miliar.
Peningkatan beban usaha belum menggerus laba usaha Adhi Karya karena masih bertumbuh 34,5 persen menjadi Rp232,97 miliar.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, penekan utama perolehan laba bersih perseroan adalah penurunan pendapatan lainnya, kenaikan beban keuangan, penurunan laba ventura bersama serta kenaikan beban pajak penghasilan final.
Dari sejumlah pos itu, penurunan paling signifikan terjadi pada bagian laba ventura bersama. Jika pada periode yang sama tahun lalu, pos tersebut berkontribusi Rp80,47 miliar, kali ini kontribusinya hanya Rp24,65 miliar.
Penurunan laba tersebut, semakin menjadi tekanan di tengah beban keuangan yang naik 26,74 persen, menjadi Rp186,86 miliar. Walhasil, laba bersih perseroan anjlok 80,73 persen menjadi Rp14,55 miliar saja. Sejalan dengan itu, laba per saham turun dari Rp21,21 menjadi Rp4,09.
Sementara itu, total aset perseroan tercatat sebanyak Rp36,57 triliun, naik 0,17 persen. Adapun, dalam bentuk pasiva, aset terdiri dari liabilitas sebesar Rp30,93 triliun (naik 4,23 persen), dan ekuitas Rp5,64 triliun, turun 17,47 persen.
Meski aset meningkat tipis, posisi kas perseroan tergerus cukup besar, yakni 41,21 persen menjadi Rp1,17 triliun. Hal ini terjadi seiring meningkatnya arus kas keluar, baik untuk aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan.
Posisi negatif arus kas operasi perseroan membengkak 40,58 persen menjadi minus Rp1,15 triliun. Meski penerimaan dari pelanggan meningkat menjadi Rp2,85 triliun, pembayaran kepada pemasok juga membengkak lebih dari 30 persen menjadi Rp3,91 triliun.