Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menuju reli penguatan bulanan terbesar sejak 2016, sejalan dengan langkah bank sentral utama menggelontorkan stimulus untuk menanggulangi tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah virus corona.
Emas diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak 2012 setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menyuarakan kekhawatiran bahwa krisis dapat meninggalkan bekas permanen pada ekonomi AS setelah memutuskan untuk menahan suku bunga di kisaran level saat ini.a
Selanjutnya, Bank Sentral Eropa memutuskan apakah lebih banyak tindakan diperlukan di tengah kemerosotan ekonomi. Awal pekan ini, Bank of Japan juga menggelontorkan stimulus lanjutan.
Emas telah mengaut pada 2020 karena investor bedbondong mencari aset save haven di tengah penurunan ekonomi yang dipicu oleh wabah virus corona. Serangkaian stimulus moneter dan fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya memicu kekhawatiran terhadap penurunan nilai mata uang.
Sementara itu, kepemilikan reksadana yang diperdagangkan di bursa, atau exchange-traded fun, telah mencapai rekornya, didorong oleh perkiraan bahwa harga memiliki ruang kenaikan lebih lanjut.
"Emas terperangkap dalam tarik menarik antara aliran berita positif yang stabil di mengenai virus dan meningkatnya harapan bahwa upaya stimulus fiskal dan moneter global hanya akan meningkat," ungkap Edward Moya, analis pasar senior di Oanda Corp, seperti dikutip Bloomberg.
"The Fed mengumumkan langkah-langkah stimulus baru belum selesai dan ini memberikan dorongan yang bagus untuk penguatan harga emas," lanjutnya.
Berdasarkan data Bloomberg, emas berjangka menguat 1,1 persen ke level US$ 1.733 per troy ounce di bursa Comex. Sementara itu, harga emas spot berada di level US$1.714,29, menguat 8,7 persen pada bulan April.
Dalam sambutannya, Powell berulang kali menyebut sikap kebijakan bank sentral sudah tepat dan mereka berjanji untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol sampai yakin bahwa ekonomi kembali pulih.