Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sungai Budi Grup: TBLA dan BUDI Waspadai Kinerja Semester II

Wakil Presiden Direktur TBLA dan BUDI Sudarmo Tasmin mengatakan semester II/2020 akan menjadi periode yang menantang. Pasalnya, perseroan belum dapat memperkirakan kondisi pasar ketika itu akibat dari Covid-19.
Kegiatan operasional PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA). Istimewa
Kegiatan operasional PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Kedua anak usaha Sungai Budi Group yakni PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) dan PT Budi Starch & Sweetener Tbk. (BUDI) memprediksikan semester II/2020 akan menjadi periode yang menantang.

Wakil Presiden Direktur TBLA dan BUDI Sudarmo Tasmin mengatakan semester II/2020 akan menjadi periode yang menantang. Pasalnya, perseroan belum dapat memperkirakan kondisi pasar ketika itu akibat dari Covid-19.

“Sampai semester I ini [kinerja TBLA dan BUDI] belum berdampak, tapi bagaimana dengan semester II/2020. Tidak ada orang yang bisa memprediksi wabah covid19 ini bisa berakhir,” katanya kepada Bisnis.com pada Selasa (21/4/2020).

Oleh sebab itu, lanjutnya, sulit memperkirakan kinerja kedua perseroan pada tahun ini. Meski demikian, TBLA dan BUDI belum berniat mengubah alokasi belanja modal tahun ini. Sudarmo mengatakan akan terus memantau perkembangan pasar nasional dan global.

“Sulit sekali memperkirakan untuk tahun ini sehubungan dengan pandemi Covid-19 ini,” katanya.

Sebagai informasi, TBLA merencanakan belanja modal tahun ini dapat mencapai 26 juta dolar Singapura untuk melancarkan ekspansi produk hilir pada 2020. TBLA itu akan membangun satu pabrik refined glycerine berkapasitas 120 ton per hari.

Pabrik kedua dikhusukan untuk re-esterification PFAD dengan kapasitas 100 ton per hari. Rencananya kedua pabrik ini ditargetkan akan selesai pada Mei 2020.

TBLA juga membangun pabrik biodiesel berkapasitas 1.500 ton per hari di Lampung. Dengan demikian total kapasitas produksi biodiesel menjadi 2.500 ton per hari pada 2020.

Selain itu perseroan akan membangun pabrik refinery berkapasitas 2.500 ton per hari di lokasi yang sama. Setidaknya pada 2021, TBLA dapat memproduksi 750.000 ton dengan kapasitas 2.500 ton per hari.

Sementara itu, BUDI tengah menambah kapasitas pabrik sebesar 60.000 ton di Lampung. Pabrik itu rencananya akan beroperasi pada kuartal I/2020.

Dengan demikian BUDI memiliki kapasitas produksi tepung mencapai 900.000 ton per tahun. Total kapasitas itu membuat BUDI menjadi produsen terbesar di Indonesia dan salah satunya di Asia Tenggara.

“Pabrik itu kami akusisi dari perusahaan asing yang tidak jadi dibuat. Biaya investasi sekitar Rp50 milliar dan tahun depan sudah akan berproduksi,” katanya.

KINERJA 2019

Pada 2019, Tunas Baru Lampung mencatatkan laba sebesar Rp662,82 miliar, turun 12,53 persen dari posisi Rp757,74 miliar pada tahun sebelumnya.

Dengan begitu laba per saham yang diatribusikan juga ikut turun 12,52 persen menjadi Rp124,08 dari posisi sebelumnya Rp141,84.

Menurunnya laba perseroan disebabkan oleh terkoreksinya pendapatan dan beban-beban sepanjang 2019. Berdasarkan laporan keuangan TBLA, total pendapatan mencapai Rp8,53 triliun turun 0,94 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp8,61 triliun.

Segmen penjualan berelasi menyumbang penjualan sebesar Rp3,17 triliun turun dari posisi tahun sebelumnya Rp3,43 triliun. Produsen minyak goreng Rose Brand itu mencatatkan penjualan pada pihak ketiga sebesar Rp5,36 triliun naik dari tahun sebelumnya Rp5,18 triliun.

Dari kedua segmen itu, penjualan pengolahan minyak sawit dan turunannya menyumbang sekitar Rp5,69 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp6,10 triliuun. Adapun penjualan produk pengolahan gula rafinasi mencapai Rp2,84 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp2,50 triliun.

Selain itu, pihak berelasi PT Sungai Budi tercatat mengurangi nilai pembelian dari posisi Rp3,43 triliun menjadi Rp2,87 triliun. Dengan begitu kontribusi terhadap penjualan berkurang dari posisi 39,85 persen menjadi 33,75 persen.

PT Pertamina menambah porsi pembelian dari 9,41 persen menjadi 18,82 persen atau Rp810,61 miliar menjadi Rp1,60 triliun.

Beban pokok penjualan perseroan tercatat sebesar Rp6,43 triliun naik dari posisi sebelumnya Rp6,31 triliun. Sementara itu total beban umum mengalami kenaikan 15,06 persen ke posisi Rp422,63 miliar. Beban penjualan TBLA juga naik 2,53 persen ke posisi Rp247,36 miliar.

Total liabilitas TBLA tercatat sebesar Rp12 triliun, liabilitas jangka pendek sebesar Rp4,02 triliun. Adapun liabilitas jangka panjang mencapai Rp7,97 triliun.

Total aset perseroan mencapai Rp17,36 triliun dengan aset lancar sebesar Rp6,55 triliun dan aset tidak lancar Rp10,81 triliun. Sepanjang 2019, perseroan menghabiskan Rp1,36 triliun untuk belanja modal turun 76,76 persen.

Dengan begitu, kas dan setara kas akhir periode mencapai Rp400,67 miliar.

Adapun, Budi Starch & Sweetener mencatatkan laba sebesar Rp61,22 miliar, naik 27,38 persen pada 2019 dari sebelumnya Rp48,06 miliar. Dengan begitu laba per saham yang diatribusikan juga ikut naik 227,43 persen menjadi Rp13,61 dari posisi sebelumnya Rp10,68.

Meningkatnya laba perseroan disebabkan oleh kenaikan top line dan efisiensi beban-beban sepanjang 2019. Berdasarkan laporan keuangan, total pendapatan BUDI mencapai Rp3,00 triliun naik 13,45 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp2,64 triliun.

Segmen penjualan lokal menyumbang mayoritas penjualan sebesar Rp2,92 triliun naik dari posisi tahun sebelumnya Rp2,58 triliun. Produsen tepung tapioka Rose Brand itu mencatatkan penjualan Rp2,32 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp1,97 triliun.

Sementara itu, untuk segmen penjualan ekspor berkontribusi Rp74,68 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp63,27 miliar. Selain itu, penjualan kepada pihak ketiga tercatat Rp433,32 miliar dengan mayoritas produknya adalah sweeteners Rp401,19 miliar.

Beban pokok penjualan perseroan tercatat sebesar Rp2,62 triliun naik dari posisi sebelumnya Rp2,29 triliun. Sementara itu total beban usaha mengalami penurunan 4,52 persen ke posisi Rp149,09 miliar. BUDI juga mendapatkan tambahan pemasukan dari pos penghasilan komprehensif lain Rp17,30 miliar.

Total liabilitas BUDI tercatat sebesar Rp1,71 triliun, liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,13 triliun. Adapun liabilitas jangka panjang mencapai Rp580,76 miliar.

Total aset perseroan mencapai Rp2,99 triliun dengan aset lancar sebesar Rp1,14 triliun dan aset tidak lancar Rp1,85 triliun. Sepanjang 2019, perseroan menghabiskan Rp41,13 miliar untuk belanja modal turun 76,76 persen.

Dengan begitu, kas dan setara kas akhir periode mencapai Rp24,20 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper