Bisnis.com, JAKARTA – PT Tunas Baru Lampung Tbk. lewat entitas anak usaha PT Adikarya Gemilang berpeluang mendapat kuota impor gula mentah 30.000 ton.
Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, Adikarya Gemilang mendapat rekomendasi impor dari Kementerian Perindustrian sebanyak 30.000 ton pada tanggal 29 Januari 2020. Rekomendasi itu tertuang pada surat bernomor 15/IA/RAW-SUGAR/1/2020.
Rekomendasi itu kemudian mendapatkan persetujuan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian nomor 04.PI-69.20.0019 pada tanggal 20 Februari 2020. Adapun jumlah yang disetujui sama dengan jumlah yang direkomendasikan. Selain Adikarya Gemilang, ada tujuh perusahaan lain yang mendapat rekomendasi serupa.
Pihak Tunas Baru Lampung tidak membenarkan maupun membantah perihal rekomendasi impor gula mentah tersebut. Sekretaris Perusahaan Tunas Baru Lampung Hardy mengatakan belum bisa memberikan jawaban apapun terkait segmen bisnis gula TBLA. Pasalnya, saat ini perseroan masih melakukan audit.
"Audit belum selesai pak jadi belum bisa jawab," ujar Hardy kepada Bisnis, Kamis (26/3/2020).
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2019, PT Adikarya Gemilang merupakan unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, tebu dan pabrik gula. Entitas berdiri pada 1995 dengan kepemilikan TBLA sebanyak 99,80 persen.
Tahun lalu, PT Adikarya Gemilang untuk kali pertama memperoleh kuota impor gula mentah sebanyak 70.050 ton. TBLA juga memiliki kapasitas penyulingan gula rafinasi sebesar 900 ton per hari. Kapasitas itu telah naik dari sebelumnya 600 ton per hari. Adapun kapasitas pabrik gula tebu mencapai 8.000 ton per hari.
Pada kuartal III/2019, segmen gula dan turunannya menyumbang Rp2,11 triliun atau 33 persen dari total pendapatan. Selain itu, pendapatan segmen gula juga meningkat 19,20 persen dari posisi Rp1,77 triliun menjadi Rp2,11 triliun. Sementara dari komposisi penjualan per produk, segmen gula menyumbang 32 persen.
Dalam catatan Bisnis, emiten bersandi saham TBLA itu berencana melakukan ekspansi penanaman kebun tebu di Lampung mencapai 14.000 hektare. TBLA pun menganggarkan belanja modal 2020 dapat mencapai SGD26 juta untuk memperkuat bisnis hilir.
Direktur Tunas Baru Lampung Sudarmo Tasmin menambahkan alokasi belanja modal tahun depan merupakan komposisi dana internal dengan pinjaman dari bank. “Komposisinya sekitar 30% sampai 35% dari dana internal, sedangkan sisanya pinjaman dari bank,”tuturnya.