Bisnis.com, JAKARTA - Emiten minyak PT AKR Corporindo Tbk. mengklaim penurunan harga minyak hingga tenggelam di area negatif atau titik di bawah nol tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja perseroan.
Untuk diketahui, pada perdagangan Selasa (21/4/2020) hingga pukul 09.04 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak Mei 2020 di bursa Nymex telah menguat 104,68 persen tetapi masih diperdagangkan di level yang rendah yaitu US$1,76 per barel. Adapun, minyak dibuka di level -US$14 per barel.
Pada penutupan perdagangan Senin (20/4/2020), untuk pertama kalinya dalam sejarah minyak parkir di area negatif yaitu di level -US$37,63 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2020 di bursa ICE juga telah berangsur menguat 0,55 persen ke level US$25,71 per barel.
Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan bahwa anjloknya harga minyak Nymex ke area itu merupakan sejarah baru bagi pasar minyak. Namun, AKR mengklaim perseroan tidak mengalami dampak karena tidak dalam posisi long atau beli terhadap perdagangan minyak berjangka.
“Kami tidak melakukan perdagangan kontrak dan hanya melakukan pengiriman fisik, sehingga tidak ada dampak besar,” ujar Suresh melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (21/4/2020).
Dia mengatakan bahwa perseroan akan memantau situasi tersebut lebih lanjut untuk menjaga kinerja perseroan tetap tumbuh.
Baca Juga
Sebelumnya, Suresh mengatakan bahwa sebagai distributor bahan bakar minyak (BBM), perseroan memiliki metode pass through dengan harga yang diserahkan ke pelanggan menggunakan formula yang sudah diantisipasi jika terdapat volatilitas harga yang signifikan.
Kinerja AKR
Mengutip laporan penjualan kuartal I/2020, emiten berkode saham AKRA itu berhasil mencatatkan volume penjualan pada kuartal pertama tahun ini sebesar 685.000 kilo liter, lebih tinggi 42 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu hanya sebesar 480.000 kilo liter.
Namun, perolehan itu turun tipis jika dibandingkan dengan kuartal IV/2019 yang berhasil mencatatkan volume penjualan minyak hingga 691.000 kilo liter. Selain itu, perseroan juga telah menyalurkan BBM bersubsidi sebanyak 26.000 kilo liter pada kuartal pertama tahun ini.
“Perolehan volume penjualan pada kuartal pertama tahun ini didukung oleh permintaan dari sektor tambang batu bara dan beberapa pasar umum lainnya. Permintaan dari sektor tambang batu bara dalam negeri termasuk yang di Kalimantan masih cukup tinggi dan sampai saat ini pun belum ada perubahan,” ujar Suresh.
Dengan pencapaian tersebut pun, Suresh mengaku pihaknya sangat optimistis target volume penjualan minyak tahun ini di kisaran 2,35 juta hingga 2,4 juta kilo liter dapat tercapai di tengah sentimen penyebaran Covid-19 yang diproyeksi dapat melemahkan permintaan minyak.
Kendati demikian, perseroan memperkirakan adanya pergeseran permintaan dari sektor ritel ke industri pada kuartal kedua tahun ini seiring dengan himbauan pemerintah untuk tidak melakukan mudik pada lebaran tahun ini, sehingga permintaan lebih banyak berasal dari tambang batu bara yang sampai saat ini masih berjalan normal.
Untuk penjualan melalui perusahaan patungan dengan BP Petroleum, AKRA berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 12 persen untuk periode Oktober-Februari. Suresh mengaku pada Maret terdapat perlambatan penjualan distribusi minyak seiring dengan pembatasan sosial yang dilakukan di Jakarta dan beberapa kota lainnya.
Adapun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, perseroan telah membangun 15 SPBU dari total target pembangunan SPBU sekitar 20-30 outlet setiap tahunnya.
AKRA juga mencatatkan pertumbuhan volume penjualan bahan kimia 6 persen secara year on year, yaitu sebesar 365 juta ton pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan 344 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Untuk lini bisnis kawasan industri, AKRA telah menjual lahan seluas 8,9 hektare di Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) pada kuartal pertama tahun ini. Jauh lebih tinggi dari perolehan setahun penuh pada 2019.