Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya dan anjlok lebih dari 3 persen pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (16/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.480,61 dengan koreksi tajam 3,14 persen atau 145,30 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (15/4/2020), IHSG ditutup di 4.625,9 dengan pelemahan 1,71 persen atau 80,59 poin.
Pelemahan indeks tampak mulai berlanjut dengan langsung melorot lebih dari 1 persen ke kisaran level 4.500 pada awal perdagangan Kamis (16/4). Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak dalam kisaran 4.463,81-4.625,9.
Seluruh 10 sektor pada IHSG kompak berakhir zona merah, dipimpin barang konsumsi (-3,96 persen), aneka industri (-3,92 persen), manufaktur (-3,58 persen), dan finansial (-3,48 persen).
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing turun 4,5 persen dan 5,4 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, pelemahan IHSG berlanjut seiring dengan meningkatnya kekhawatiran investor selain masih besarnya tekanan terhadap market baik dari sisi data ekonomi maupun movers sectoral.
Pada perdagangan Rabu (15/4/2020), tiga indeks saham utama di bursa Wall Street AS berakhir turun tajam pascarilis serangkaian data ekonomi yang mengecewakan.
Indeks S&P 500 ditutup anjlok 2,20 persen ke level 2.783,36, indeks Dow Jones Industrial Average merosot 1,86 persen ke posisi 23.504,35, dan indeks Nasdaq Composite melemah 1,44 persen ke level 8.393,18.
Data Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada Rabu (15/4) menunjukkan nilai penjualan ritel melorot 8,7 persen pada Maret 2020 dari bulan sebelumnya, rekor penurunan terbesar yang tercatat sejak tahun 1992.
Sebuah laporan terpisah pada Rabu (15/4) menunjukkan bahwa output pabrik di AS turun pada Maret, penurunan terbesar sejak tahun 1946.
Data lain menunjukkan manufaktur di Negara Bagian New York dan sentimen di antara kontraktor rumah di AS menyusut. Fakta-fakta tersebut menyoroti dampak parah dari penghentian aktivitas perekonomian yang dirancang untuk membendung penyebaran virus corona (Covid-19).
Dari dalam negeri, rilis data terakhir mencatatkan neraca perdagangan Indonesia per Maret 2020 surplus US$743 juta, lebih rendah dibandingkan posisi Februari 2020 yang tercatat surplus US$2,51 miliar. Selain itu, data penjualan mobil per Maret 2020 juga turun 15 persen year-on-year.
Kurs rupiah pun tak mampu mempertahankan momentum penguatannya dan ditutup melemah 65 poin atau 0,42 persen ke level Rp15.640 per dolar AS hari ini.
Namun IHSG tak sendirian, sejumlah indeks saham di Asia juga berakhir di zona merah, di antaranya indeks Nikkei 225 Jepang (-1,33 persen), Hang Seng Hong Kong (-0,49 persen), indeks Taiex Taiwan (-0,69 persen), dan S&P/ASX 200 Australia (-0,92 persen).
Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China mampu melawan tren ini dengan berakhir naik 0,31 persen dan 0,13 persen masing-masing, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan tak berkutik dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya.
Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia Pacific turun tajam 1 persen. Meski demikian, indeks Stoxx Europe 600 mampu rebound dan menanjak 1,1 persen. Futures S&P 500 Amerika Serikat pun naik 0,7 persen pukul 9.22 pagi waktu London.
Presiden AS Donald Trump mengatakan data menunjukkan bahwa negara yang dipimpinnya ini telah "melewati puncak" kasus baru Covid-19. Ia berencana untuk mengumumkan pedoman melonggarkan aturan pembatasan sosial pada Kamis (15/4/2020) waktu setempat.
“Kita tidak tahu seperti apa perekonomian pada tahun depan, ada banyak ketidakpastian terkait virus tersebut,” ujar Mark Kiesel, kepala investasi kredit global di Pacific Investment Management Co, dikutip dari Bloomberg.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBCA | -4,5 |
BBRI | -5,4 |
UNVR | -4,7 |
TLKM | -3,5 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TPIA | +1,3 |
DSSA | +7,6 |
SDRA | +18,1 |
KREN | +19,4 |
Sumber: Bloomberg