Bisnis.com, JAKARTA – Tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat kompak melonjak lebih dari 2 persen pada awal perdagangan hari ini, Selasa (14/4/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 naik tajam 2,15 persen atau 59,44 poin ke level 2.821,07 pada pukul 9.40 pagi waktu New York.
Pada saat yang sama, indeks Dow Jones Industrial Average menanjak 2,47 persen ke posisi 23.969,15 dan indeks Nasdaq Composite melonjak 2,98 persen ke level 8.436,85.
Indeks S&P 500 berhasil memperpanjang reli dari posisi terendahnya pada Maret seiring dengan melambatnya laju kasus baru virus corona (Covid-19) di sejumlah hotspot seperti New York dan Spanyol.
Sementara itu, saham bank ternama JPMorgan Chase & Co. dan Wells Fargo & Co. mampu naik meskipun laba perusahaan terdampak pandemi virus corona.
JPMorgan melaporkan kemerosotan laba kuartal I/2020 sebesar 69 persen ke level terendah dalam lebih dari enam tahun seiring dengan melonjaknya biaya kredit.
Baca Juga
Namun, sebagian kerugian dapat diimbangi oleh kenaikan dalam operasi perdagangan bank, yang diuntungkan dari rekor volatilitas selama kuartal tersebut ketika investor bergerak masuk dan keluar dari posisi dalam menanggapi krisis pandemi yang sedang berlangsung.
Menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan menghasilkan US$7,23 miliar dari perdagangan saham dan obligasi.
Di sisi lain, Johnson & Johnson menahan prospeknya untuk tahun mendatang, sembari membukukan penjualan dan laba yang lebih kuat serta meningkatkan dividen kuartalannya.
Ketika musim laporan keuangan perusahaan dimulai pekan ini, para pelaku pasar akan dapat memperkirakan seberapa buruk dampak virus corona terhadap laba perusahaan global.
Dana Moneter Internasional mengatakan resesi pada masa "Great Lockdown" akan menjadi yang paling curam dalam hampir seabad serta memperingatkan bahwa kontraksi dan pemulihan ekonomi dunia akan lebih buruk dari yang diperkirakan jika virus corona tetap hidup ataupun kembali.
Para pedagang juga fokus pada apakah rencana stimulus dan penyelamatan bernilai triliunan dolar akan menopang reli aset-aset berisiko.
“Ini akan menjadi musim laba yang unik," ujar Tom Essaye, seorang mantan pedagang di Merrill Lynch, seperti dilansir dari Bloomberg.
“Tapi itu tetap sangat penting karena akan memberi kita wawasan mikro ekonomi atas pertanyaan 'Seberapa buruk dampaknya?'. Ini tetap menjadi satu-satunya pertanyaan paling penting yang kita semua harus jawab untuk berhasil menavigasi pasar dalam jangka menengah dan lebih panjang,” terangnya.
Pergerakan pasar saham global sebelumnya telah memperoleh dukungan dari data ekspor China dalam nilai yuan yang menunjukkan penurunan kurang dari perkiraan pada bulan Maret.
Administrasi Bea Cukai China melaporkan ekspor dalam yuan turun 3,5 persen pada Maret 2020 secara year-on-year, sementara impor naik 2,4 persen. Capaian ini lebih baik dari perkiraan para ekonom untuk penurunan 12,8 persen dalam ekspor dan penyusutan sebesar 7 persen dalam impor.
Sejalan dengan bursa AS, indeks MSCI Asia Pacific menanjak 1,9 persen dan indeks Stoxx Europe 600 menguat 1,1 persen pukul 9.51 pagi waktu New York.