Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Dividen Tinggi, Saham Perbankan Layak Dikoleksi

Kinerja perbankan dinilai bisa meredam risiko yang timbul dari pandemi Covid-19. Sektor perbankan juga dinilai menjadi sektor defensif yang bisa bertahan dari perubahan situasi ekonomi.
Karyawan melayani nasabah yang melakukan transaksi di kantor cabang Bank BCA Syariah di Jakarta, Selasa (7/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan melayani nasabah yang melakukan transaksi di kantor cabang Bank BCA Syariah di Jakarta, Selasa (7/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA  - Kalangan analis menilai saham perbankan tetap layak dicermati sebagai saham pilihan di tengah situasi pasar yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19.

SVP Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial juga mengatakan saham perbankan dapat menjadi pilihan karena memiliki tingkat imbal hasil (yield) dividen tinggi, di rentang 2,5 persen hingga 3 persen.

“Di tengah situasi pasar seperti saat ini, pilih traditional defensive players yang terbiasa membagi dividen cukup besar, biasanya telekomunikasi, perbankan seperti BMRI, BBNI, dan BBRI, dan pertambangan. So, pay attention to dividend play, dan balance sheet strength,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020).

Di lain pihak Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Prasetio mengatakan dalam jangka panjang kinerja saham perbankan akan pulih. Hal ini sejalan sejalan dengan proyeksi ekonomi yang akan membaik pasca krisis Covid-19, bisnis perbankan akan berjalan beriringan.

“Banyak saham yang valuasinya udah rendah ya dan  memang ada kecenderungan investor melakukan bargain hunting. Sejatinya, bank BUMN kemungkinan masih akan recording decline in profit tahun ini,” ujarnya.

Vice President Artha Sekuritas Frederik Rasali menyebut kinerja perbankan pada tahun ini akan menghadapi tekanan akibat dampak negatif dari penyebaran Covid-19. Menurutnya, menjaga kualitas aset kredit menjadi salah satu tantangan besar bagi bank-bank di indeks BUMN20.

“Risiko besar berada di BBRI dan BBNI karena segmen mikro dan kecil cukup besar di BRI dan segmen menengah cukup besar di BNI, sehingga butuh penanganan lebih untuk menjaga kualitas aset,” katanya.

Meski menghadapi tantangan berat, Frederik berpendapat perbankan Indonesia masih mampu menahan tekanan tersebut. Hal ini didasarkan pada tingkat permodalan bank-bank itu yang cukup kuat. 

BBRI, khususnya, memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tertinggi, yakni 21,5 persen. Posisinya tak jauh berbeda dari leader di sektor perbakan, yakni BBCA yang memiliki CAR di angka 23,8 persen.

Sementara itu, secara umum dia menilai saham perbankan BUMN yang notabene berkapitalisasi besar merupakan cerminan dari ekonomi Indonesia. Saat krisis dan pandemi berlalu, lanjutnya, penguatan saham-saham di pasar modal akan dipimpin oleh emiten perbankan.

“Saat ini juga saya melihat masih ada peluang meningkat, hanya saja yang utama saat ini adalah kepercayaan diri investor yang fokusnya masih pada perkembangan wabah Covid-19 ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper