Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Respons Kebijakan Belum Tercapai, Bursa Eropa Fluktuatif

Indeks Stoxx Europe 600 ditutup dengan penguatan tipis 0,02 persen atau 0,06 poin ke level 326,67 setelah berfluktuasi dalam kisaran 321,57-326,67.
Logo WSE terletak di panel kaca di dekat layar elektronik yang menunjukkan kurva indeks dan data keuangan di Bursa Efek Warsawa di Warsawa./ Bartek Sadowski - Bloomberg
Logo WSE terletak di panel kaca di dekat layar elektronik yang menunjukkan kurva indeks dan data keuangan di Bursa Efek Warsawa di Warsawa./ Bartek Sadowski - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa ditutup menguat tipis pada perdagangan hari ini, Rabu (8/4/2020), setelah para menteri keuangan di kawasan ini belum berhasil mencapai kesepakatan mengenai respons kebijakan ekonomi terhadap pandemi virus corona (Covid-19).

Indeks Stoxx Europe 600 ditutup dengan penguatan tipis 0,02 persen atau 0,06 poin ke level 326,67 setelah berfluktuasi dalam kisaran 321,57-326,67.

Saham Tullow Oil PLC melemah paling tajam hingga 11,63 persen, disusul saham Bank Polska Kasa Opieki S.A. yang turun 9,49 persen.

Sementara itu, indeks DAX Jerman melemah 0,23 persen, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,47 persen, sedangkan indeks FTSE MIB Italia turun 0,18 persen.

Bursa saham di Eropa fluktuatif setelah menteri keuangan seluruh negara anggota Uni Eropa harus bergumul untuk merekonsiliasi visi berbeda tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk pulih dari pandemi corona.

Seperti dilaporkan Bloomberg, sumber terkait mengatakan sumbu kegagalan itu terutama muncul dari sikap berlawanan antara Belanda dan Italia. Keduanya memperdebatkan soal penggunaan kredit terhadap dana talangan untuk membiayai kebutuhan negara-negara lain.

Tak cuma itu, para menteri dari sebagian besar negara peserta juga masih terlibat perdebatan soal isyarat penerbitan utang pembiayaan bersama.

Usai rapat yang berlangsung tak kurang dari 16 jam itu, seluruh menteri menyepakati bahwa akan ada pembahasan ulang pada Kamis (9/4/2020) demi mencari kata sepakat.

Turut membebani sentimen pasar, Prancis mencatat penyusutan output terbesar sejak Perang Dunia II pada kuartal I/2020. Fakta ini menjadi indikator terbaru dari tingkat keparahan goncangan terhadap wilayah ini dari jatuhnya permintaan dan pasokan secara simultan.

Investor kembali menarik diri dari aset-aset berisiko, dengan virus corona diperkirakan akan tumbuh pesat di beberapa negara berekonomi terbesar seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, dan Inggris.

Mereka juga khawatir bahwa langkah-langkah stimulus fiskal akan terlambat atau tidak cukup untuk melawan dampak pandemi kala upaya untuk merumuskan respons Eropa tampak berlarut-larut.

"Masih ada banyak ketidakpastian di pasar," ungkap manajer portofolio Washington Crossing, Kevin Caron.

"Apakah itu terkait beberapa rencana sementara atau setidaknya sebuah visi untuk memulai kembali perekonomian, itu semua adalah sesuatu yang dapat direnungkan pasar,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper