Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa turun lebih dari 1 persen pada perdagangan sore ini, Rabu (8/4/2020), setelah para menteri keuangan di kawasan ini belum berhasil mencapai kesepakatan mengenai respons ekonomi terhadap pandemi virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 merosot 1,2 persen pukul 10.32 pagi waktu London (pk. 16.32 WIB).
Sementara itu, nilai tukar euro melemah 0,2 persen ke level US$1,0869, sedangkan spread obligasi Italia bertenor 10 tahun terhadap obligasi Jerman menanjak 9 basis poin menjadi 1,017 poin persentase.
Baik nilai tukar euro dan obligasi Italia terpukul setelah menteri keuangan seluruh negara anggota Uni Eropa harus bergumul untuk merekonsiliasi visi berbeda tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk pulih dari pandemi corona.
Seperti dilaporkan Bloomberg, sumber terkait mengatakan sumbu kegagalan itu terutama muncul dari sikap berlawanan antara Belanda dan Italia. Keduanya memperdebatkan soal penggunaan kredit terhadap dana talangan untuk membiayai kebutuhan negara-negara lain.
Tak cuma itu, para menteri dari sebagian besar negara peserta juga masih terlibat perdebatan soal isyarat penerbitan utang pembiayaan bersama.
Baca Juga
Usai rapat yang berlangsung tak kurang dari 16 jam itu, seluruh menteri menyepakati bahwa akan ada pembahasan ulang pada Kamis (9/4/2020) demi mencari kata sepakat.
Turut membebani sentimen pasar, Prancis mencatat penyusutan output terbesar sejak Perang Dunia II pada kuartal I/2020. Fakta ini menjadi indikator terbaru dari tingkat keparahan goncangan terhadap wilayah ini dari jatuhnya permintaan dan pasokan secara simultan.
Investor kembali menarik diri dari aset-aset berisiko, dengan virus corona diperkirakan akan tumbuh pesat di beberapa negara berekonomi terbesar seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, dan Inggris.
Mereka juga khawatir bahwa langkah-langkah stimulus fiskal akan terlambat atau tidak cukup untuk melawan dampak pandemi kala upaya untuk merumuskan respons Eropa tampak berlarut-larut.
“Ketika kuartal berjalan, investor mulai memahami bahwa semua yang kami lihat adalah dalam bentuk bantuan dan sokongan untuk meredam perekonomian,” ujar Bob Michele, kepala investasi global di JPMorgan Asset Management, kepada Bloomberg TV.
"Bukanlah stimulus yang membuat ekonomi berjalan pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada titik di mana sedang berada,” tambahnya.