Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Proyeksi Kinerja Reksa Dana di Kuartal II/2020

Kinerja reksa dana diprediksi bakal mencatat pemulihan seiring dengan kenaikan pasar saham dan obligasi.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Seluruh jenis reksa dana konvensional, kecuali reksa dana pasar uang, mencatatkan kinerja negatif sepanjang kuartal I/2020. Lantas, bagaimana prospek kinerja reksa dana dalam tiga bulan ke depan?

Berdasarkan data Infovesta Utama per 3 April 2020, kinerja reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta 90 Equity Fund Index membukukan imbal hasil yang turun paling dalam yakni -28,70 persen secara year to date.

Selanjutnya, kinerja reksa dana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta 90 Income Fund negatif 2,46 persen. Adapun reksa dana campuran yang tergambar dalam Infovesta 90 Balanced Fund Index juga negatif 16,44 persen.

Kinerja reksa dana pasar uang yang terlihat  dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index menjadi satu-satunya yang mencatat kinerja positif,  yakni tumbuh 1,20 persen sepanjang tahun berjalan.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan potensi return reksa dana pendapatan tetap dan saham dalam jangka menengah dan jangka panjang akan naik. Pasalnya, kedua jenis reksa dana tersebut sudah terkoreksi cukup dalam.

“Sebagai contoh, ETF [Exchange traded fund] [ Berbasis SBN [Surat Berharga Nasional] 5 tahun yield-nya naik diatas 7 persen setelah pajak. Sebelumnya 6 persen di awal tahun. Reksa dana saham juga seperti itu, sebelumnya ekspektasi return jangka panjang di 10-12 persen per tahun, sekarang naik ke 12-14 persen per tahun,” jelas Farash kepada Bisnis, Selasa (7/4/2020)

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan untuk pasar Indonesia biasanya pergerakan saham dan obligasi cenderung sejalan. Walhasil ketika saham jatuh, biasanya harga obligasi juga akan jatuh, dan begitu pula sebaliknya. 

Maka dia memprediksi obligasi akan menyusul saham yang sudah mulai menunjukkan sinyal penguatan sepekan terakhir. Sebagai hasilnya, kinerja reksa dana yang berbasis obligasi pun diproyeksikan membaik meski tidak dalam jangka pendek.

Rudiyanto menyebut saat ini para pelaku pasar masih mengamati stimulus yang dikucurkan pemerintah akan seperti apa. Menurutnya, investor masih tak nyaman menaruh investasi di aset berisiko di tengah ketidakpastian pandemi corona atau Covid-19 ini.

Di saat yang sama, dia menilai penurunan harga obligasi juga disebabkan mekanisme pasar karena pemerintah tengah dalam proses menerbitkan obligasi anyar, termasuk pandemic bond yang ditujukan untuk pembiayaan penanganan pandemi Covid-19.

“Ini biasa, saat mau ada obligasi baru harga pasarnya turun biar bunganya naik, yield naik. Nanti setelah keluar baru harganya mulai naik pelan-pelan,” imbuh Rudiyanto.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan untuk pasar obligasi dia melihat imbal hasil 10 tahun di kisaran 8 persen merupakan level yang menarik untuk perlahan masuk.

Apalagi, tambah Ezra, mengingat angka inflasi Indonesia yang cukup rendah beserta imbal hasil global yang rendah membuat imbal hasil Indonesia menarik secara relatif. Selain itu, kestabilan nilai tukar dan pasokan obligasi oleh pemerintah dinilai menjadi faktor kunci ke depan.

“Suksesnya pemerintah menerbitkan obligasi USD sebesar 4,3 miliar tadi malam memberikan sentimen yang positif untuk pasar,” imbuhnya.

Chief Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan menambahkan pihaknya menilai sejauh ini stimulus dari pemerintah dan bank sentral sukses memberikan dukungan bagi sentimen pasar setelah dalam beberapa pekan sebelumnya pasar dilanda aksi jual akibat kepanikan investor di tengah pandemi.

“Adapun arah pergerakan pasar sangat bergantung pada perkembangan intensitas penyebaran Covid-19 di Indonesia dan seluruh dunia. Sentimen pasar berpotensi membaik apabila penyebaran virus mereda dan aktivitas ekonomi berangsur normal,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper