Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. memasang target tinggi untuk pertumbuhan pendapatan maupun laba bersih pada tahun ini dengan berfokus pada pasar premium dan prospektif.
Direktur Utama Wijaya Karya Bangunan Gedung Nariman Prasetyo mengatakan bahwa perseroan menargetkan total pendapatan termasuk kerja sama operasi (KSO) pada tahun ini akan mencapai Rp8,63 triliun, naik sekitar Rp3 triliun dari perolehan pendapatan 2019 yang mencapai Rp4,56 triliun.
Sementara itu, laba bersih ditargetkan mencapai Rp558 miliar. Dengan kata lain, perseroan menargetkan perolehan laba bersih meningkat 22,27 persen dari realisasi 2019 yang mencapai Rp456,36 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan menargetkan perolehan kontrak yang dihadapi atau order book pada 2020 sebesar Rp 27,29 triliun. Nilai itu naik 56,66 persen dari realisasi order book 2019 sebesar Rp17,42 triliun.
Target tersebut terdiri dari kontrak baru senilai Rp14,94 triliun, dan kontrak bawaan dari tahun lalu sebesar Rp12,34 triliun.
“Komposisi perolehan kontrak baru 2020 direncanakan berasal dari pemerintah 42 persen, BUMN 38 persen, dan swasta 20 persen,” jelasnya melalui siaran pers, Rabu (1/4/2020).
Baca Juga
Dia menjelaskan, dengan target kontrak itu perseroan ingin memperluas pasar independen. Menurutnya, target ini menunjukkan bahwa porsi kontrak baru lebih banyak berasal dari pihak eksternal, di luar dari proyek yang berasal dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. selaku induk perusahaan.
Perseroan juga akan tetap berekspansi pada tahun ini dengan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp692,4 miliar yang diperuntukkan penambahan aset tetap, capital placement, akuisisi, konsesi dan pengembangan industri.
Anggaran capex tersebut berasal dari kas internal, pinjaman bank dan dana hasil penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Untuk mencapai target itu, lanjutnya, perseroan akan melakukan beberapa strategi, di antaranya selektif dan berfokus pada pasar premium dan prospektif, ekspansi pasar luar negeri bersinergi dengan perusahaan induk, modularisasi, design and build, dan optimalisasi Building Information Modeling (BIM) secara menyeluruh.
Perseroan menilai rencana pemindahan Ibu Kota Negara serta fokus pemerintah untuk penyediaan pemukiman dan perumahan menjadi peluang yang dimanfaatkan perseroan untuk masuk ke bisnis konsesi. Perseroan menyasar bisnis konsesi di bidang transportasi masal dan infrastruktur penunjangnya.
Arah kebijakan pembangunan infrastruktur pemerintah juga dinilai akan menjadi peluang bagi perseroan untuk masuk sebagai kontraktor gedung, termasuk bagi industri pracetak dan modular.
Namun demikian, proyeksi ini masih didasarkan pada perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada tahun ini. Perseroan belum memperhitungkan adanya potensi perlambatan ekonomi karena pandemi COVID-19.
“Kami optimistis target pada 2020 dapat tercapai karena perusahaan memiliki pasar yang jelas dan independen dengan dukungan fundamental perusahaan yang sehat,” ujarnya.