Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalk melemah pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Selasa (24/3/2020), setelah berlfuktuasi sepanjag perdagangan.
Pada jeda siang, IHSG terpantau melemah 0,95 persen atau 38,03 poin ke level 3.951,48, setelah sempat anjlok hingga lavel 3.911,72
Adapun pada perdagangan Senin (23/3), pergerakan IHSG ditutup di level 3.989,52 dengan koreksi tajam 4,90 persen atau 205,43 poin. Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG telah bergerak pada kisaran 3.911,72-4.123,56.
Sebanyak 8 dari 9 sektor pada indeks bergerak di wilayah negatif, dengan sektor industri dasar mencatat pelemahan terbesar hingga 3,34 persen. Di sisi lain, sektor tambang menguat 1,86 persen.
Dari 686 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 147 saham di antaranya menguat, 211 saham melemah, dan 121 saham lainnya stagnan.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang mencatat penurunan terbesar pada IHSG pada akhir sesi I dengan pelemahan masing-masing 6,99 persen dan 6,94 persen.
Baca Juga
Di sisi lain PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) mencatat penguatan terbesar pada IHSG dengan lonjakan sebesar 20,96 persen, disusul saham PT Indofarma Tbk (INAF) yang melonjak 19,86 persen.
Berbanding terbalik dengan IHSG, bursa saham lainnya di Asia terpantau menguat. Indeks Topix dan Nikkei 225 terpantau masing-masing menguat 1,7 persen dan 5,27 persen. Sementara itu, indeks Shanghai Composite menguat 1,48 persen, sedangkan indeks Hang Seng menguat 3,56 persen.
Dilansir Bloomberg, penguatan bursa Asia ini terjadi seiring dengan kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang menawarkan pembiayaan langsung kepada perusahaan yang terdampak wabah virus corona.
Pada kebijakan tersebut, The Fed akan membeli obligasi dalam jumlah yang tidak terbatas untuk menekan biaya pinjaman dan meningkatkan aliran kredit ke perusahaan dan pemerintahan daerah di AS.
Langkah ini membuat biaya untuk mengasuransikan gagal bayar perusahaan mengalami penurunan dan nilai obligasi Exchanged Traded Fund (ETF) yang dapat dibeli oleh The Fed melonjak.
Global Head of Macro di Fidelity International Anna Stupnytska mengatakan, untuk dapat berjalan dengan efektif, upaya yang dilakukan oleh The Fed tidak dapat berjalan sendiri.
"Upaya ini harus didukung dari kebijakan fiskal yang dapat menolong perekonomian AS ditengah tren penurunan ini dan juga nantinya memulihkannya," katanya dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/3/2020).