Bisnis.com, JAKARTA – Untuk pekan kedua berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat kemerosotan. Di tengah aksi jual besar-besaran yang memukul saham global, IHSG tersungkur lebih dari 14 persen sepanjang perdagangan 16-20 Maret 2020.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Bisnis.com, Senin (23/3/2020), IHSG menyentuh level 4.194,94 dengan penurunan tajam 14,52 persen pada penutupan perdagangan Jumat (20/3/2020) dari level penutupan perdagangan pekan sebelumnya.
IHSG semakin terbenam di level 4.000 setelah menyentuh level 4.907,56 (lihat tabel) dengan koreksi sebesar 10,75 persen sepanjang perdagangan pekan yang berakhir pada Jumat (13/3/2020).
Pergerakan indeks bahkan terpantau sempat terpeleset jauh ke level 3.931,73 pada perdagangan Jumat (20/3), level terendahnya sejak Juni 2012.
Wabah virus corona (Covid-19) di China yang terus menelan korban, termasuk di Indonesia, dan mengancam ekonomi dunia telah menekan prospek aset-aset berisiko sekaligus memukul pasar saham global.
Namun sekonyong-konyong, IHSG berhasil membalik pelemahannya itu dan menutup perdagangan Jumat dengan rebound lebih dari 2 persen, kenaikan pertama dalam lima hari perdagangan.
Baca Juga
Menurut Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee, penguatan IHSG sejalan dengan menghijaunya bursa lain baik di Asia maupun secara global akibat berbagai suntikan stimulus yang dilakukan masing-masing otoritas.
“Di dalam negeri, spekulasi mengenai pernyataan Presiden Jokowi bahwa pemerintah telah mendatangkan obat untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi Covid-19 menjadi salah satu faktor pendorong IHSG [pada Jumat],” tambah Hans.
Di sisi lain, analis Artha Sekuritas Dennies Christopher mengatakan pelemahan IHSG yang telah masuk area oversold membuat investor berani berspekulasi. Namun, penguatan ini diprediksi tidak bertahan lama.
“Trend kuat masih bearish jadi naik hanya untuk jangka pendek,” ujar Dennies.
Volume perdagangan saham sepanjang 16-20 Maret 2020 mencapai 36,51 miliar lembar saham, dengan nilai Rp39,93 triliun. Adapun nilai kapitalisasi pasar mencatatkan penurunan sekitar 14,5 persen menjadi Rp4.854,05 triliun dari Rp5.678,28 triliun pada penutupan pekan sebelumnya.
Seluruh 10 sektor pada indeks sektoral membukukan kinerja negatif sepanjang pekan lalu, dipimpin aneka industri (-19,43 persen), keuangan (-18,58 persen), dan infrastruktur (-14,76 persen).
Investor asing pun membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai sekitar Rp2,45 triliun sepanjang pekan 16-20 Maret. Aksi beli saham tercatat hingga 10,07 miliar lembar senilai Rp17,51 triliun, sedangkan aksi jual investor asing mencapai 12,11 miliar lembar saham dengan nilai Rp19,96 triliun.
IHSG selanjutnya diperkirakan akan kembali mengalami tekanan pada perdagangan awal pekan ini. Menurut Hans Kwee, hal itu disebabkan oleh terkoreksinya pasar modal di Amerika Serikat seperti Dow Jones Indeks (DJI).
Namun, dia menilai bakal ada kejutan pada akhir pekan seperti halnya pada Jumat (20/3).
“IHSG berpeluang kembali tertekan turun dengan support di level 3918 sampai 3.686 dan resistance di level 4.238 sampai 4.900. Awal pekan peluang tekanan tetapi di akhir pekan kami perkirakan IHSG dapat kembali naik terbatas,” ungkapnya pada Sabtu (21/3/2020).
Hans mengatakan, saat ini, hal terbaik yang bisa dilakukan oleh pelaku pasar harus tenang dan tetap rasional. Dia merekomendasikan akumulasi beli bagi investor yang punya jangka waktu investasi lebih dari 1 tahun.
Kinerja IHSG secara mingguan | ||
---|---|---|
Periode | Level | Perubahan (persen) |
16-20 Maret | 4.194,94 | -14,52 |
9-13 Maret | 4.907,57 | -10,75 |
2-6 Maret | 5.498,54 | +0,84 |
Sumber: BEI