Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat AS jatuh lebih dari 10 persen menyusul mencuatnya kekhawatiran investor di tengah meningkatnya tekanan ekonomi akibat virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok hingga 11,39 persen ke level 20.544,58 pada pukul 20.51 WIB pada awal perdagangan Senin (16/3/2020).
Indeks bahkan sempat mengalami penghentian perdagangan sementara (trading halt) di awal perdagangan ketika melemah 8 persen.
Sementara itu, indeks Standard & Poor’s 500 anjlok hingga 8,14 persen ke level 2.490,47 pada pukul 20.37 WIB. Adapun indeks Nasdaq Composite anjlok hingga 10,80 persen ke level 7.024,24 di awal perdagangan.
Dilansir Bloomberg, pasar saham memulai pekan ini dengan gejolak dan investor kembali melarikan diri dari aset berisiko setelah mereka menimbang besarnya dampak ekonomi yang mungkin terjadi setelah negara-negara di seluruh dunia bergerak untuk memerangi penyebaran Covid-19 dengan hampir menutup kegiatan sosial.
Kepala ekonom finansial MUFG Union Bank Chris Rupkey mengatakan mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa pasar saat ini berada dalam kepanikan.
Baca Juga
“Langkah (The Fed) semalam mengejutkan dan pasar tidak menganggapnya sebagai langkah penyelamatan. Mereka menganggapnya sebagai antisipasi dari hal yang terburuk yang akan terjadi,” ungkap Rupkey, seperti dikutip Bloomberg.
The Fed dan bank sentral lainnya telah melakukan upaya dramatis untuk menstabilkan pasar modal dan likuiditas, namun langkah tersebut gagal untuk meningkatkan sentimen atau meningkatkan prospek ekonomi global yang memburuk dengan cepat.
Janji Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menyediakan plafon pinjaman hingga US$1 triliun juga berdampak kecil di pasar.
Analis Societe Generale, Jason Daw, mengatakan dalam keadaan normal, respons kebijakan besar seperti ini akan menahan pelemahan aset berisiko dan mendorong pemulihan.
"Namun, ukuran tekanan pertumbuhan menjadi eksponensial dan pasar berhak mempertanyakan apa lagi yang dapat dilakukan pembuat kebijakan dalam mengurangi risiko penurunan yang disebabkan oleh Covid-19," ungkap Daw, seperti dikutip Bloomberg.