Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak 2008 karena pandemi virus corona (Covid-19) menimbulkan kekacauan pada permintaan bahan bakar dan mengancam stabilitas ekonomi global.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April turun 4,5 persen atau US$1,48 ke level US$31,50 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak Mei ditutup turun US$2,57 untuk mengakhiri sesi di US$33,22 per barel di ICE Futures Europe exchange.
DIlansir Bloomberg, pembatasan perjalanan dari Eropa selama 30 hari ke depan oleh Presiden Donald Trump dalam upaya untuk menahan virus corona menekan prospek permintaan bahan bakar.
Pada saat yang sama, struktur satu tahun minyak mentah Brent runtuh menjadi super-contango untuk pertama kalinya sejak 2015, yang menunjukkan kelebihan pasokan besar karena tanggapan oleh AS dan pembuat kebijakan Eropa telah gagal membendung anjloknya harga.
Trump mengusulkan langkah-langkah keringanan pajak untuk mencegah risiko resesi, tetapi tidak menyediakan paket penyelamatan ekonomi yang terperinci. Sementara itu, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga acuan, meskipun sementara waktu meningkatkan program pelonggaran kuantitatif dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan likuiditas.
Baca Juga
Minyak mentah melonjak ke tingkat volatilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika pandemi virus corona melumpuhkan permintaan di tengah gangguan perjalanan di seluruh dunia.
"Ini adalah hari kapitulasi untuk bensin," kata Walter Zimmermann, kepala analis teknikal di ICAP Technical Analysis, seperti dikutip Bloomberg. "Virus telah memperbesar kelebihan pasokan kronis."
Di tengah meningkatnya perang pangsa pasar, produsen minyak Rusia mengatakan mereka dapat beroperasi bahkan jika harga turun lebih lanjut dan akan meningkatkan produksi mulai 1 April.
Kremlin sebelumnya mengatakan tidak memiliki rencana pembicaraan minyak dengan Arab Saudi.
"Semua proyeksi dibatalkan," kata Leo Mariani, analis riset ekuitas di KeyBanc Capital Markets.
"Jelas pertarungan harga mungkin tidak berakhir dalam waktu dekat. Adanya krisis permintaan dan penawaran pada saat yang sama belum pernah terjadi sebelumnya. Ini akan menjadi waktu yang sangat sulit," lanjutnya.
Sementara itu, Arab Saudi melepaskan gelombang pasokan minyak mentah ke Eropa, yang biasanya menjadi pangsa pasar terbesar Rusia, dan berjanji untuk memasok kilang minyak negara tiga kali lebih besar.