Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Kata Emiten Soal Buyback Saham

Aksi Buyback saham memberikan sinyal bahwa harga saham di pasar saat ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrinsik perusahaan atau undervalue.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan relaksasi persyaratan pelaksanaan pembelian kembali saham atau buyback menuai tanggapan beragam. Ada banyak emiten yang siap menggelar buyback dan tidak sedikit pula yang menampik maupun masih ingin melakukan kajian.

Pelonggaran pelaksanaan buyback tertuang dalam Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 tanggal 9 Maret 2020. Isi dari edaran itu terutama melonggarkan syarat pembelian kembali saham, dari semula harus mendapat persetujuan pemegang saham lewat RUPS menjadi tidak perlu.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bergerak cepat. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pemerintah telah memberi lampu hijau kepada 12 perusahaan pelat merah untuk melakukan buyback.

Dia juga mengatakan bahwa keputusan mengenai besaran dan waktu pelaksanaan buyback akan ditentukan oleh masing-masing perusahaan tersebut. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menambahkan, rencana buyback ini akan menghabiskan dana sekitar Rp7 triliun sampai dengan Rp8 triliun. 

Terlepas dari kepastian aksi buyback emiten, PT Henan Putihrai Sekuritas merangkum, saat ini terdapat 36 emiten yang memiliki jumlah cash and cash equivalent atau kas dan setara kas dalam jumlah besar, mulai dari Rp5 triliun hingga Rp101 triliun. Jumlah tersebut dikutip dari laporan keuangan terakhir 36 emiten.

Dengan posisi kas yang terbilang tebal, emiten tentu saja bisa leluasa memuluskan aksi buyback.

Laporan Team Analytics Henan Putihrai Sekuritas yang diterima Bisnis, Selasa (10/3/2020) menunjukkan, sebagian besar emiten yang memiliki kocek tebal berasal dari kalangan perbankan, yaitu sebanyak 16 emiten. Sebanyak 7 BUMN juga punya kas dan setara kas berkisar Rp8 triliun hingga Rp101 triliun. Selain itu, sebanyak 29 emiten dari kalangan swata juga punya kocek tidak sedikit.

Team Analytics Henan Putihrai Sekuritas mengatakan buyback saham juga memberikan sinyal bahwa harga saham di pasar saat ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrinsik perusahaan atau undervalue.

Berdasarkan data historis, kebijakan itu juga ampuh mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2013 dan 2015.

Pada Agustus 2013, posisi IHSG berada di kisaran 3.967,8 dengan penutupan akhir tahun 4.274,2. Sementara itu, pada Agustus 2015, IHSG berada di level 4.120,5 dan naik menjadi 4.593,0 saat penutupan akhir tahun.

Bahkan, Team Analytics Henan Putihrai Sekuritas mencatat IHSG masih meneruskan laju kenaikan pada tahun berikutnya.

Kondisi itu didasari logika bahwa buyback dilakukan pada momentum yang tepat pada semester II atau berdekatan dengan periode laporan keuangan akhir tahun yang pada akhirnya menghasilkan earning per share (EPS) yang lebih baik.

“Hal ini dimungkinkan karena aksi buyback tersebut sejatinya mengakibatkan berkurangnya saham beredar. Maka, ketika para investor meneliti laporan akhir tahun emiten-emiten terkait, bisa dikatakan performance mereka tidaklah seburuk yang diperkirakan, dengan demikian memicu animo beli dari saham-saham yang dianggap sudah undervalue,” tulis tim analis Henan Putihrai.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper