Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) optimistis pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan mempengaruhi kinerja perseroan. Perseroan mengaku sudah mendapat fasilitas lindung nilai guna mengurangi risiko selisih kurs.
Untuk diketahui, pekan lalu kurs rupiah menembus level Rp14.400. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengalami tren pelemahan sembilan hari berturut-turut. Namun, pada perdagangan hari ini, Senin (2/3/2020), rupiah ditutup menguat 0,372 persen ke level Rp14.265 per dolar AS.
Direktur Utama Astra Agro Lestari Santosa mengatakan perseroan memiliki dua fasilitas dalam denominasi valuta asing. Fasilitas tersebut sudah mendapat perlindungan nilai atau hedging sehingga bisa mengurangi risiko fluktuasi kurs.
“Dua-duanya juga kami sudah hedging penuh atau lindung nilai baik dari fluktuasi kurs mata uang asing maupun suku bunga,” katanya kepada Bisnis pada Senin (2/3/2020).
Berdasarkan laporan tahunan 2019, emiten bersandi saham AALI itu memiliki dua fasilitas pinjaman dalam denominasi valas. Pertama adalah komitmen fasilitas pinjaman jangka panjang sebesar US$250 dengan jatuh tempo pada 6 Oktober 2022.
Kedua adalah perjanjian fasilitas pinjaman bersama dengan beberapa pihak berupa komitmen fasilitas pinjaman dan kredit berjangka dengan pagu maksimum masing-masing US$150 juta dan US$50 juta. Pinjaman ini akan jatuh tempo pada 30 Agustus 2024.
Baca Juga
Santosa mengatakan fasilitas lindung nilai yang didapat perseroan mencakup perlindungan dengan rentang pergerakan kurs Rp13.500 s.d Rp14.000 per dolar AS. Oleh karena itu, AALI masih merasa cukup aman dengan pergerakan kurs saat ini.
“Hedging kami cross currency swap ada di antara Rp13.500 dan di bawah Rp14.000 jadi cukup aman,” ungkapnya.
Santosa menyebut, fasilitas pinjaman yang diperoleh perseroan akan bermanfaat untuk menjaga stabilitas neraca keuangan dan mengurangi variabel yang fluktuatif. Pasalnya, harga minyak sawit belakangan ini kerap naik turun.
Selain itu, Santosa menambahkan perseroan belum ada rencana menambah jumlah kewajiban. Berdasarkan laporan keuangan AALI, jumlah liabilitas jangka pendek mencapai Rp1,56 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp6,42 triliun.
Adapun kerugian selisih kurs menyumbang sebesar Rp34,65 miliar terhadap pos laba rugi perseroan. Pada 2019, AALI meraup pendapatan sebesar Rp17,45 triliun dan laba bersih sebanyak Rp211,11 miliar sepanjang 2019.